12 Jul 2023

Upaya Pemenuhan Bahasa Cinta Pada Anak

  WAG Menuai Ibroh dari Siroh

Bersama Bunda Nurhayati Zain, S.Psi


Apa yang mampu membangun anak-anak menjadi pribadi yang peka, kuat, tangguh, mandiri dan percaya diri? Apakah yang membuat si kecil kita saat tengah dewasa mampu membangun relasi dan komunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya?


Sebenarnya berangkat dari satu kata yang sering kita dengar atau bahkan sering kita ucapkan. Yakni CINTA. Dari siapa? Tentunya dari orangtua dan orang-orang terdekat di sekitarnya. Cinta tulus yang diberikan oleh orangtua kepada anak. Itu yang dibutuhkan oleh anak untuk berkembang sesuai dengan kodrat penciptaannya. Cinta tulus itu menurut saya unconditional love, cinta tanpa syarat. Memangnya ada cinta orangtua yang bersyarat?


Seringkali tanpa kita sadari, cinta kita kepada anak masih bersyarat hingga akhirnya diungkapkan secara terus menerus dan menyebabkan salah pemahaman pada anak.


“Ayo makan yang benar. Kalau nggak, ummi nggak sayang lho”

“Dik, ga boleh gitu dong. Bunda nggak suka”

“Nah kalau seperti itu, baru anak bunda..”

Pernah mengatakan hal-hal tersebut pada anak?


Cinta seorang Ibu kepada anaknya harusnya memang tidak bersyarat. Seorang Ibu dikarunia tempat janin yang kemudian di kenal dengan nama Rahim juga karena itu. Ar Rahman dan Ar Rahim adalah dua kata yang ada dalam kalimat basmalah dan selalu kita baca saat mengawali sebuah kebaikan bernilai ibadah. Menurut tafsir AL Misbah, Profesor Quraish Shihab menggambarkan Ar Rahmah sebagai curahan rahmat Allah. Diberikan kepada semua makhluk ciptaanNya, tidak peduli apakah dia hewan, tumbuhan, malaikat adan manusia. Pada manusia pun Allah memberikan rahmatNya ini tanpa memppedulikan apakah dia beriman atau kafir, apakah orang itu baik aau buruk. Semua diberi nafas oleh Allah. Diberi rejeki untuk menyambung hidup, dan diberi semua hal yang digunakan uuntuk menjalanii hidup. sedangkan Ar Rahim adalah Allah memiliki sifat rahmat yang melekat pada dirinya, dan ini kekal.

Saya menghayati penafsiran tersebut dengan berpikir bahwa seorang ibu itu harus menjadi cerminan bagaimana Allah Swt mencintai dan menyayangi hamba-Nya secara permanen tanpa syarat.


Ingat kisah Nabi Ibrahim.

Beliau dikenal sebagai orang yang senang menjamu tamu, meskipun beliau tidak mengenalnya. Suatu hari beliau kedatangan tamu, seorang Majusi. Saat Nabi Ibrahim as menyalakan api, tamunya langsung menyembah api

“Maaf saya hanya menjamu orang-orang yang menyembah Tuhan saya”


Dan disana Allah menegur, bahwasanya Nabi Ibrahim as belum memberi makan tamu yang datang kepadanya, sementara Allah saja memberi makan kepada seluruh makhluk yang ada di bumi.


Kisah itu pas sekali untuk menganalogikan unconditional love seorang ibu dan ayah pada anaknya. Seharusnya seperti itulah kasih sayang dan cinta seorang ibu, dan ayah. anaknya tidak harus nurut, pinter, tenang, rajin dan sebagainya sebagai syarat baginya untuk menyayangi anaknya. Ini anak-anak kita, kenapa mereka harus mengemis sayang dari kita? Karena, jika orangtua hanya sayang pada anaknya saat anaknya berbuat baik, maka tidak akan pernah ada anak baik setelah melakukan kesalahan.

Jadi, bagaimana dong agar bisa mencintai mereka tanpa syarat? Belajar. Karena butuh orangtua yang tak pernah berhenti belajar untuk membentuk anak-anak yang tumbuh maksimal. Apapun yang kita lakukan pada anak saat mereka masih kecil akan menjadi akar bagi terbentuknya banyak sikap saat mereka telah dewasa. Pada umumnya, anak-anak, karena naluri dan insting yang dimiliki, dapat menerima pesan dan bahasa cinta dari orangtuanya. Oleh karena itu, gunakan bahasa cinta yang tepat untuk mereka. Menurut Dr. Gary Chapman, ada beberapa bahasa cinta yang bisa digunakan untuk mengekspresikan rasa cinta :


Sentuhan FisikKata-kata AfirmasiWaktu bersamaHadiahPelayanan.


Sentuhan fisik ini adalah “bahasa” pertama orangtua pada anaknya, bahkan bisa dilakukan sejak mereka masih dalam kandungan. Studi-studi dalam dunia kesehatan dan psikologi perkembangan banyak membuktikan bahwa sentuhan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi tumbuh kembang anak. Washington University School of Medicine berdasarkan hasil penelitiannya mengungkap fakta bahwa anak yang sering menerima sentuhan penuh kasih sayang memiliki ukuran hippocampus (bagian otak yang berkaitan dengan ingatan, kognisi, dan respon stress) 10% lebih besar ketimbang anak yang orangtuanya cuek.

Selain itu, dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik,menguatkan sistem imun tubuh,mengeratkan ikatan orangtua dan anak,serta mengajarkan pada anak batasan-batasan pribadi.


Afirmasi, adalah kata-kata positif yang dapat mengubah hidup. Menurut teman-teman yang bergiat di NLP, kata-kata afirmasi itu dapat dipakai untuk memprogram ulang pikiran bawah sadar dan mendorong seseorang untuk mempercayai hal-hal yang positi pada dirinya, dapat meningkatkan hormon bahagia dan mendorong otak untuk membentuk pemikiran yang positif.

Coba diingat-ingat, bahasa kita pada anak-anak lebih sering mengandung afirmasi atau justru mematikan potensi? Yang saya amati, orangtua seringkali justru sering mengungkapkan yang kedua. “Lihat itu, si A, nilainya baik,” atau cenderung memaksakan kehendak agar anak menjadi seperti yang diinginkannya. “Nanti waktu tes, jangan nakal, lho, kamu harus dapat nilai bagus,” belum lagi lontaran kata-kata, “Bodoh, kamu, mestinya kamu belajar lebih rajin,” Mungkin kalimat-kalimat ini kita anggap sebagai kalimat motivasi pada anak, padahal tanpa kita sadari dapat melukai hati dan membuat anak justru merasa tidak percaya diri, tertekan dan tidak berarti.


Bahasa cinta yang ketiga adalah Waktu bersama.

Dikisahkan oleh Ibnu Umar, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rosulullah sedang bersama empat orang dewasa, di sana ada Ibnu Umar yang waktu itu masih anak-anak. Rosulullah lantas mengajak mereka termasuk ibnu umar untuk bermain tebak-tebakan. Rosulullah tidak pernah membiarkan anak-anak terabaikan. Karena itu rosulullah membolehkan jamaahnya mengajak anak-anak hadir dalam majlis atau perayaaan-perayaan yang diperbolehkan syariat.

Belajar dari siroh tersebut, waktu luang bersama mereka sebenarnya tidak perlu di cari. Ada banyak kesempatan yang kita miliki untuk bersama mereka.


Bahasa cinta berikutnya adalah memberikan hadiah. Saya pikir kalau yang ini lebih mudah dilakukan oleh orangtua ya? hadiah-hadiah yang bisa diberikan oleh orangtua juga beragam, tidak harus mahal dan mewah disesuaikan dengan batas kemampuan masing-masing orangtua. Dan sudah menjadi naluri anak-anak untuk suka terhadap hadiah.

Rosulullah itu juga dikenal sebagai seseorang yang suka memberikan hadiah pada anak-anak. Saat Jabir bin Abdullah masih anak-anak, selepas salat Zuhur, rosulullah memberikan semangkuk manisan kepada anak-anak yang ada di sana. Lalu rosulullah menyuapi Zabir setelah menyuapi rosulullah bertanya, “ingin tambah lagi?” begiitu seterusnya hingga manisan di mangkuk habis.


Yang terakhir adalah pelayanan. Menemani dan membantu memberikan penjelasan saat anak-anak mengerjakan tugas sekolah, saat anak-anak bersedih, temani mereka, beri air minum lalu buatkan mereka makanan kesukaannya.


Tidak semua bahasa cinta ini bisa diterima oleh anak. Ada anak-anak yang bisa menerima bahasa cinta berupa hadiah, namun ada juga yang justru menganggap ketiika orangtua memberikan hadiah, ya karena mereka orangtua. Bergantung pada karakter dan suasana hati yang dominan pada anak. Tidak ada makna cinta yang dapat mereka tangkap dari kita.


Lalu bagaimana cara kita menemukan bahasa cinta yang dominan pada anak kita?


Amati cara si kecil mengekspresikan perasaanAmati caranya mengekspresikan cintanya kepada orang lain.Pelajari apa yang seringkali diminta oleh anak.Pelajari apa yang seringkali dikeluhkanBeri pilihan–plihan.


Kita juga bisa mempelajari keluhan-keluhan anak. Contohnya, suatu ketika anak mungkin bercerita tentang temannya yang suka di ajak berjalan- jalan dengan orangtuanya. Dan cerita itu terus saja mewarnai hari-hari anak dan orangtua, bisa jadi ekspresi rasa cinta yang sedang dominan pada dirinya adalah waktu bersama orangtuanya.


Cara kelima beri anak pilihan, contohnya, ” kamu hari ini ingin bunda menemanimu mengerjakan PR atau ingin menemani bunda berbelanja?”


Kalau setiap kali ditanya jawabannya adalah yang pertama atau jawaban-jawaban yang mengarah ke sana, berarti dia ekspresi cinta yang sedang dominan pada dirinya adalah pelayanan. Sedangkan kalau jawabannya adalah yang kedua dan seharian itu keinginannya mengarah pada kebersamaan dengan ayah dan bunda, berarti ekspresi cinta yang dominan sedang dibutuhkannya adalah waktu bersama dengan orangtuanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar