17 Mei 2023

Cinta pertama manusia

 



Menurut Al-Buthi, CINTA PERTAMA MANUSIA telah dijelaskan dalam Al-Quran, yang di dalamnya terjadi dialog antara Allah dan ruh manusia, ketika masih berupa satu hakikat yang utuh di alam rahim.


Allah SWT berfirman: "Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman); "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan; "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai terhadap ini." (QS.Al-A'raf:172)


Ayat di atas adalah perjanjian cinta antara Allah dan manusia ketika masih berada di alam ruh/alam rahim.


Ketika Allah bertanya, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Lalu, ruh kita bersaksi mengakui Tuhan. Di sinilah pengakuan cinta kepada Allah dalam ruh kita, cinta yang paling murni.


Cinta murni ini hanya terjadi antara ruh kepada Allah, bukan cinta kita kepada makhluk, benda dan hawa nafsu.


Sebab, ruh hanya mengenal kesejatian cinta kepada


Allah


Cinta ini hadir jauh sebelum kita memiliki mata, hidung, mulut dan telinga. Lalu, saat lahir ke dunia, kita mengenal cinta lain.


Praktis, cinta baru dalam kehidupan manusia seringkali menghalangi kecintaan ruh kita kepada Allah. Dan pada akhirnya, kesejatian cinta kita kepada Allah pun menjadi goyah, karena godaan cinta lain. yang bersifat fana.


Allah mengingatkan manusia melalui Rasulullah SAW, agar manusia kembali mencintai Tuhannya,cinta yang tak boleh lepas dari hati dan jiwa.


Allah SWT berfirman: "Katakanlah (wahai Muhammad); Jika benar kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." (QS.All-Imran:31)


Maka, sejauh apapun pergi dengan janji yang teringkari, tidaklah cinta kecuali akan kembali kepada cinta yang pertama. Entah detik ini atau mungkin ketika sudah tiada waktu lagi. Akan tiba saatnya di sadari.


Sahabatku Bukalah hatimu

Hijrahkan rindumu Kepada cinta pertamamu.

#MahabbahCinta


@mahabbahku

Surat Cinta yang Tak Romantis

Kau pernah dapat surat cinta tidak? Bagaimana rasanya? bahkan ada namamu tertulis di depannya. Pasti bahagia luar biasa. Apa isinya? Kutebak pasti hal-hal manis seperti irama degup jantung karena mendengar namamu. Atau Lengkungan bulan sabit yang tiba-tiba terbit setiap melihat senyummu. Atau sengatan listrik 1000 watt saat menggenggam tanganmu.

Ya... ya... silakan diteruskan.

Omong-omong pernahkah terpikir bagaimana isi surat cinta yang diturunkan Allah untuk kekasih-Nya? Ya, nama kekasih-Nya hingga kini terukir abadi dalam Al-Qur'an: Muhammad. Namun aneh, isinya sama sekali tak manis.

Tercium amis darah, percikan api dari kuda yang berlari kencang, kilatan pedang yang menghunus, bahkan bau busuk dari para pembangkang yang sombong! Surat cinta-Nya malah berisi perihal peperangan.

Aneh?

Tunggu dulu, tak hanya itu. Bahkan seluruh percakapan antara dua kekasih Pencipta dan makhluknya masih juga tak bermekaran bunga.

"Sungguh kawanmu Muhammad tidak gila."

Jangan bersedih

"Jangan takut!"

"Bangunlah hai orang yang berselimut! Beri peringatan!"

"Infakkan harta terbaikmu! Harta dan jiwa!"

"Tolong agama Allah!"

Aneh, percakapannya makin tak manis saja. Sebagian mungkin sudah menganggap Al-Qur'an tak lagi relevan. "Al-Qur'an membuat orang tak waras!" Begitu katanya. Rasanya hidup melulu soal kepayahan dan perjuangan. "Hidup kan cuma sekali. Penuhilah dengan kesenangan! Tumpuk kekayaan!"

Yah, walau seluruh manusia di bumi bilang Al-Qur'an tak relevan, tapi kebenaran itulah yang tertulis abadi. Kalimat demi kalimatnya begitu agung diturunkan dari Arsy ke bumi. Bahkan Dia sendiri yang langsung menjaganya tetap murni.

Ternyata janji manis-Nya memang tak pernah hadir untuk kita selagi bumi. Kebahagiaan, kedamaian, dan hidup tanpa kelelahan, nan abadi hanya Allah izinkan di kampung halaman nanti.

Jadi, jika hari ini hidup kita masih melulu soal kesenangan tanpa perjuangan untuk membela-Nya, akan ke mana kita akan berakhir?

Mengeja Kelelahan

 

Hal yang paling menarik dari sebuah kegemilangan seseorang adalah proses panjang di baliknya. Kalau hanya mendengar prestasinya saja mungkin kita akan iri dan berharap menjadi sepertinya. Tapi tunggu dulu, saat kau dengar proses penempaannya hingga ia menjadi permata, mungkin kau tidak akan pernah berharap menjadi sepertinya.

Kita hanya melihat Khabib Nurmagomedov dengan gagahnya berdiri di podium kemenangan, disambut ribuan tepuk tangan, dan sorot lampu kemilau, sambil mengacungkan telunjuknya ke langit.

Tapi kita tak pernah tahu bagaimana latihan gilanya bergulat dengan beruang. Berapa kali ia menahan sakitnya tindihan beruang? Berapa kali la bertengkar dengan ayahnya karena malas berlatih ke tengah hutan? Berapa kali kulitnya terluka akibat cakaran beruang? Berapa kali ototnya cedera? Patah tulang? Dan keperihan lainnya.

Kalau begitu, bagaimanalah seorang Khalid bin Walid ra menempa dirinya, hingga ia dinobatkan menjadi Pedang Allah yang Terhunus? Atau penulis, Shadiq Ibrahim Argoun menyematkan "Legenda Militer" padanya.

Yah, bukan berarti setelah ia diberikan status "Pedang Allah" sekonyong-konyong Khalid langsung tangkas dan jenius dalam militer. Selama manusia masih hidup di bumi, maka tetap berlaku hukum. "Usaha berbanding lurus dengan hasil."

Jadi aku penasaran segila apa Khalid bin Walid ra berlatih pedang, panah, kuda, dan bela diri? Karena pernah dalam perang Mutah tiap posisi Pemanah, Berkuda, dan Penghunus Pedang diputar-putar silih berganti. Ini berarti tiap pasukan muslim harus menguasai semuanya

Aku penasaran bagaimana Khalid ra mempelajari strategi-strategi berperang. Bagaimana ia mengasah instingnya untuk mengambil keputusan jenius dalam kondisi terdesak. Berapa banyak waktu tidur yang ia korbankan untuk berpikir, berkontemplasi, melakukan riset mendalam, spionase, demi menciptakan strategi perang terbaik.

Juga bagaimana penempaan pemanah ulung, Saad bin Abi Waqash ra, yang lesatan panahnya tak pernah meleset. Pasti telah ribuan kali ia berlatih melesatkan anak panah, tanpa kenal lelah.

Kita hanya tak pernah tahu ceritanya saat tangannya penuh darah, ototnya keram, kulitnya terbakar matahari, tangisannya di malam hari karena la tak kunjung mahir, atau ejekan ka wannya karena ia terus berlatih memanah tak kenal waktu.

Yaah, kita memang tidak harus berlatih bergulat dengan beruang, berlatih berperang segila Khalid bin Walid ra, berlatih memanah sekeras Saad bin Abi Waqash ra, tapi kalau kita tarik pada diri masing-masing hari ini. Sudahkah kita melatih potensi diri sekeras mereka? Sudahkah kita memaksimalkan potensi yang Allah berikan dengan sungguh-sungguh?

Potensi yang kelak akan menggaungkan nilai-nilai Islam dan meluaskan kebermanfaatan. Potensi yang kelak akan mele- jitkan derajat kita di sisi-Nya.

Saat kita bilang tidak mampu, jangan-jangan sebenarnya kita hanya tidak mau. Saat kita bilang tidak bisa, jangan-jangan kita hanya belum mencoba dan berlatih sebanyak mereka.

Atau jangan-jangan selama ini, kita salah mengeja "Kelelahan" dengan "Kemalasan"!


*kisah penempaan Khalid bin Walid dan Saad bin Abi Waqash

hanya interpretasi penulis

133-134 Hidup Sa Kali Lagi

 Surat untuk Bunda Khadijah ra


Assalamualaikum... Salam hormat bagimu, duhai wanita terbaik sepanjang zaman.

Hari ini... akhirnya kami tahu rasanya hidup di zaman. yang gelap, lebih pekat dari kepingan malam. Ternyata begini rasanya.

Bunda Khadijah, maaf telah banyak mengecewakanmu. Hari ini, banyak perempuan yang tega membunuh bayi-bayi tak berdosa. Tak memandang laki-laki dan perempuan, sebelum lahir pun, muka ibu dan ayah sudah merah padam.

Bunda, maafkan kami yang belum mampu mengamalkan Al Qur'an. Hari ini, para perempuan rela membunuh calon bayi mereka. Janin mungil merah, yang baru saja berdegup jan tungnya, luruh jadi onggokan daging hancur. Dilempar ke tempat sampah, lalu dilupakan begitu saja.

Bunda Khadijah, maafkan kami sudah lalai menjaga kehormatan dan kesucian para muslimah. Hari ini, perzinahan dianggap permainan dan hiburan. Perempuan dan lelaki saling menyalurkan hasratnya seperti binatang.

Seakan-akan tak malu dan tak takut pada Allah, mereka mendatangi sesama perempuan atau lelaki, atau keduanya demi menyalurkan birahi.

Wahai Bunda, pemilik istana permata di Surga... dalam kegelapan, ada juga para muslimah yang mencoba mengikuti jejakmu.

Ya, itu berkat teladanmu yang luar biasa. Mereka ingin sepertimu, yang berani memperjuangkan yang benar, dan menghancurkan kemungkaran, walau berbalas cacian, walau semua orang mendustakan, walau rontok tulang-tulang mereka, walau sering kali berurai air mata.

Wahai istri kesayangan Rasulullah, merekalah para Khadijah masa kini. Mereka yang gigih menciptakan dan membentuk generasi pembaharu.

Mereka yang mau berlelah belajar, berkeringat bekerja, sepenuh hati berkarya, mengabdikan pendidikan tingginya untuk menjaga generasi muslim kini.

Wahai Ummahatul Mukminin, ajarkan kami mampu mempersembahkan segalanya sepertimu. Ajarkan kami mampu berlinang air mata, sedih karena tak ada lagi sumber daya yang bisa dikorbankan untuk membela dakwah Rasulullah.

Ajarkan kami menempatkan Allah, Rasulullah, dan jihad di jalan-Nya menjadi cinta tertinggi dalam hati. Ajarkan kami mampu teguh berdiri, tak goyah menghadapi goncangan, hingga nyawa meninggalkan badan.

Bunda, semoga suatu hari nanti, Allah izinkan kita bertemu. Nanti akan kami ceritakan, haru biru para Khadijah masa kini, yang berjuang membumikan kebenaran Al Qur'an di tengah kegelapan.

Salam dari kami, para pengagummu karena Allah dan Rasulullah.


139-140 Hidup Satu Kali Lagi

Solusi dari rasa lelah

 Berpeluh dalam Kebaikan

Percaya enggak? Satu pintu kebaikan akan menuntun kita pada pintu kebaikan lainnya yang lebih besar. Pertanyaannya, seberapa sabar dan kuat kita membuka pintu demi pintu kebaikan itu?

Karena sudah jadi kepastian, tak ada kebaikan tanpa kesu litan. Maka, seberapa tangguh kita bertahan di sana?

Begitulah, Hidayah tak bisa langsung besar. la seperti anak tangga yang harus ditapaki setapak demi setapak hingga kita sampai puncak. Kalau hari ini turun tiga anak tangga, pastikan esok kita daki lima anak tangga. Agar pantas Allah beri kita hidayah-hidayah besar!

Seseorang yang Allah izinkan salat di sepertiga malam, tak bisa langsung bangun begitu saja. Usahanya panjang! Saat siang ia harus menutup pintu-pintu maksiat. Harus mendekat pada Allah dengan Al-Qur'an, salat-salat sunnah, zikir, dan ibadah lainnya. Barulah, Allah berikan hidayah padanya berupa salat malam.

Begitu juga para Assabiqunal Awaalun. Mereka tercatat punya usaha keras untuk bisa Allah izinkan mengecap kebaikan demi kebaikan.

Seperti Zaid bin Tsabit yang tak menyerah berbuat baik, walau ditolak dua kali dalam Perang Badar dan Uhud. Tak habis akal, ia beranikan diri untuk menjadi penerjemah dan penulis Rasulullah SAW. Begitulah, Zaid ra. akhirnya berhasil menjadi "tangan kanan" Sang kekasih Allah. Kebaikan dan keberkahan menyelimuti hidupnya.

Atau Ummu Sulaim dengan ide kebaikannya yang brilian! la tawarkan anaknya, Anas bin Malik untuk menjadi Asisten Pribadi Rasulullah SAW. Anas ra. lalu menjadi salah satu periwayat hadist terbanyak, juga guru bagi para ulama besar. Maka mengalirlah dengan deras amal jariyah pada sang ibunda.

Begitulah, ternyata bukan perkara mudah untuk turut serta berjuang dalam kebaikan. Tak bisa hadir begitu saja modal santai menunggu ajakan apalagi rayuan. Tentu, karena hadiahnya surga, bukan hanya tiket liburan akhir pekan.

Perlu tekad yang kuat, percaya dengan kemampuan diri, keberanian mendekati pusaran kebaikan, keberanian mengajukan diri, hingga tak menyerah saat ditolak.

Bukankah merupakan tanda cinta-Nya, saat Allah izinkan kita berpeluh dalam kebaikan?

"Jika Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba maka Dia akan mempekerjakannya, beliau ditanya, 'Bagaimana Allah akan mempekerjakannya, wahai Rasu- lullah SAW?, beliau menjawab: 'Allah akan memberinya petunjuk untuk beramal shalih sebelum meninggal'. (HR.Tirmidzi no.304)

Jadi, selamat berjuang untuk berbuat baik.


(141-142, Hidup Satu Kali Lagi)

Solusi dari pikiran yang takut gagal

 Saat Takut Gagal

Saat langkahmu terhenti karena menemukan kegagalan, ingatlah...

Bukankah Khadijah binti Khuwailid ra. tak gagal saat ia wafat, padahal Islam belum ke mana-mana, bahkan Nabi Muhammad SAW masih jadi bulan-bulanan seisi kota. Abdullah bin Rawahah ra. tak gagal, saat ia jatuhkan panji Rasulullah di perang Mu'tah. Abu Ayub Al Anshari ra. tak gagal, saat di umur 90 tahun, ia kalah dalam pembebasan Konstatinopel, ratusan tahun sebelum dibebaskan pemuda berumur 21 tahun.


Begitu juga dengan kegagalan kita hari ini. Mungkin ada target, rencana, dan mimpi-mimpi kebaikan, yang sudah kita usahakan sepenuh hati, tapi hasilnya tak sesuai ekspektasi. Jangan dulu berhenti, menyerah, mundur, apalagi tak mau bangkit lagi.


Selama kita sudah mengusahakan yang terbaik, percayalah, para pejuang kebaikan akan tetap menjadi pemenang. Tak ada yang gagal dalam memperjuangkan kebaikan. Jasa para pejuang kebaikan tak terkira, menjadi salah satu anak tangga emas menuju kemenangan.


Mereka yang gagal ialah yang tak mau mencoba, bersantai hingga kemenangan hadir tanpa kontribusinya.