Kau pernah dapat surat cinta tidak? Bagaimana rasanya? bahkan ada namamu tertulis di depannya. Pasti bahagia luar biasa. Apa isinya? Kutebak pasti hal-hal manis seperti irama degup jantung karena mendengar namamu. Atau Lengkungan bulan sabit yang tiba-tiba terbit setiap melihat senyummu. Atau sengatan listrik 1000 watt saat menggenggam tanganmu.
Ya... ya... silakan diteruskan.
Omong-omong pernahkah terpikir bagaimana isi surat cinta yang diturunkan Allah untuk kekasih-Nya? Ya, nama kekasih-Nya hingga kini terukir abadi dalam Al-Qur'an: Muhammad. Namun aneh, isinya sama sekali tak manis.
Tercium amis darah, percikan api dari kuda yang berlari kencang, kilatan pedang yang menghunus, bahkan bau busuk dari para pembangkang yang sombong! Surat cinta-Nya malah berisi perihal peperangan.
Aneh?
Tunggu dulu, tak hanya itu. Bahkan seluruh percakapan antara dua kekasih Pencipta dan makhluknya masih juga tak bermekaran bunga.
"Sungguh kawanmu Muhammad tidak gila."
Jangan bersedih
"Jangan takut!"
"Bangunlah hai orang yang berselimut! Beri peringatan!"
"Infakkan harta terbaikmu! Harta dan jiwa!"
"Tolong agama Allah!"
Aneh, percakapannya makin tak manis saja. Sebagian mungkin sudah menganggap Al-Qur'an tak lagi relevan. "Al-Qur'an membuat orang tak waras!" Begitu katanya. Rasanya hidup melulu soal kepayahan dan perjuangan. "Hidup kan cuma sekali. Penuhilah dengan kesenangan! Tumpuk kekayaan!"
Yah, walau seluruh manusia di bumi bilang Al-Qur'an tak relevan, tapi kebenaran itulah yang tertulis abadi. Kalimat demi kalimatnya begitu agung diturunkan dari Arsy ke bumi. Bahkan Dia sendiri yang langsung menjaganya tetap murni.
Ternyata janji manis-Nya memang tak pernah hadir untuk kita selagi bumi. Kebahagiaan, kedamaian, dan hidup tanpa kelelahan, nan abadi hanya Allah izinkan di kampung halaman nanti.
Jadi, jika hari ini hidup kita masih melulu soal kesenangan tanpa perjuangan untuk membela-Nya, akan ke mana kita akan berakhir?
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar