Assalamualaikum... Salam hormat bagimu, duhai wanita terbaik sepanjang zaman.
Hari ini... akhirnya kami tahu rasanya hidup di zaman. yang gelap, lebih pekat dari kepingan malam. Ternyata begini rasanya.
Bunda Khadijah, maaf telah banyak mengecewakanmu. Hari ini, banyak perempuan yang tega membunuh bayi-bayi tak berdosa. Tak memandang laki-laki dan perempuan, sebelum lahir pun, muka ibu dan ayah sudah merah padam.
Bunda, maafkan kami yang belum mampu mengamalkan Al Qur'an. Hari ini, para perempuan rela membunuh calon bayi mereka. Janin mungil merah, yang baru saja berdegup jan tungnya, luruh jadi onggokan daging hancur. Dilempar ke tempat sampah, lalu dilupakan begitu saja.
Bunda Khadijah, maafkan kami sudah lalai menjaga kehormatan dan kesucian para muslimah. Hari ini, perzinahan dianggap permainan dan hiburan. Perempuan dan lelaki saling menyalurkan hasratnya seperti binatang.
Seakan-akan tak malu dan tak takut pada Allah, mereka mendatangi sesama perempuan atau lelaki, atau keduanya demi menyalurkan birahi.
Wahai Bunda, pemilik istana permata di Surga... dalam kegelapan, ada juga para muslimah yang mencoba mengikuti jejakmu.
Ya, itu berkat teladanmu yang luar biasa. Mereka ingin sepertimu, yang berani memperjuangkan yang benar, dan menghancurkan kemungkaran, walau berbalas cacian, walau semua orang mendustakan, walau rontok tulang-tulang mereka, walau sering kali berurai air mata.
Wahai istri kesayangan Rasulullah, merekalah para Khadijah masa kini. Mereka yang gigih menciptakan dan membentuk generasi pembaharu.
Mereka yang mau berlelah belajar, berkeringat bekerja, sepenuh hati berkarya, mengabdikan pendidikan tingginya untuk menjaga generasi muslim kini.
Wahai Ummahatul Mukminin, ajarkan kami mampu mempersembahkan segalanya sepertimu. Ajarkan kami mampu berlinang air mata, sedih karena tak ada lagi sumber daya yang bisa dikorbankan untuk membela dakwah Rasulullah.
Ajarkan kami menempatkan Allah, Rasulullah, dan jihad di jalan-Nya menjadi cinta tertinggi dalam hati. Ajarkan kami mampu teguh berdiri, tak goyah menghadapi goncangan, hingga nyawa meninggalkan badan.
Bunda, semoga suatu hari nanti, Allah izinkan kita bertemu. Nanti akan kami ceritakan, haru biru para Khadijah masa kini, yang berjuang membumikan kebenaran Al Qur'an di tengah kegelapan.
Salam dari kami, para pengagummu karena Allah dan Rasulullah.
139-140 Hidup Satu Kali Lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar