19 Okt 2021

Rasulullah, Ketika Kebaikan Bumi dan Langit Terkumpul di Satu Nama

 

Sudah berhari-hari aku memikirkan untuk membuat tulisan tentang engkau, wahai pelipur lara semesta. Dan memang benar nyatanya, nama agungmu itu telah membuat 26 huruf alfabet menjelma menjadi jutaan buku yang selalu dibaca dan tidak pernah berhenti menginspirasi. Padahal jarak antara aku dengan engkau adalah 14 abad lamanya. 1400 tahun!


Tapi aku yakin, semua orang juga akan merasakan hal yang sama; Engkau ﷺ dan sahabat-sahabatmu serasa dekat dengan kami.


Itulah kekuatan namamu wahai baginda; Muhammad ibn Abdillah, shallallahu alaihi wa sallam. Seorang lelaki penggerak sejarah. “Penghangat ketika badai dan penyejuk ketika terik menyambar.” Orang-orang yang pendek merasa tinggi ketika berjalan denganmu, begitupula orang yang tinggi merasa sejajar denganmu. Engkau; Rasulullah, sang penggenap risalah langit.


Mungkin banyak hingga hari ini anak-anak bernama John atau Thomas, tapi -jangan tanya Indonesia- di Eropa Amerika saja nama paling populer untuk bayi yang lahir adalah; Muhammad. Di China pun demikian, sampai-sampai para ayah akan dipenjara oleh rezim jika menamai anaknya dengan nama agungmu itu.


Ah, 1400 tahun yang lalu padahal. Dan namamu disebut oleh orang Melayu di Timur, orang Cina di daratan Asia, orang Russia di ganasnya musim dingin mereka. Dibanggakan orang arab sebab mereka dari bangsamu, diagungkan oleh bangsa Turki, dimuliakan kaum Afrika, dihormati seisi Eropa, jadi inspirasi anak-anak benua Amerika, bahkan Aborigin, Indian, sampai Eskimo telah mengenal shalawat kepadamu.


Juga sabdamu wahai baginda. Tak ada yang mengabadikan kata-kata Alexander, Aristoteles, Confucius, Zoroaster, George Washington, yang lebih hebat dari sabdamu. Bahkan terlalu lancang jika kami harus membandingkannya dengan engkau.


Sabdamu, dibukukan oleh ratusan ribu pencari ilmu, dihafalkan oleh semilyar umat Islam, dipajang dengan berbagai bahasa di ratusan negara di dunia, tersebar di koran, spanduk, buku, bahkan stiker bus. Hingga hari ini, detik ini.

.

Namamu abadi wahai Rasul kami. Engkau memang hidup jauh di zaman dulu, tapi rasa-rasanya engkau baru meninggalkan bumi hari-hari lalu.

.

Namamu masih menggentarkan wahai Rasulullah. Menggentarkan musuh-musuh Allah hingga gemetar mereka tak kuasa berdiri. Ketika disebut ‘Umat Muhammad’, ‘Tentara Muhammad’, mereka langsung mengingat kemenanganmu di Badar dan Khaibar, kemenangan sahabatmu di Yarmuk dan Qadisiyah. Kemenangan umatmu di Dzat Shawary, Wadi Birbath, Ain Jalur, Hittin, Konstantinopel, Preveza, Nikopolis, hingga kelak menuju kiamat.

.

Begitupula untuk kami, namamu bagai bara api yang membuat orang terlemah diantara kami menjadi satria. Yang membuat wanita kami menjadi singa di padang tempur. Yang beriringan bersama takbir membuka setiap jengkal kota-kota bumi yang kuncinya telah diserahkan kepadamu sebelum kami membebaskannya.

.

Langkah kami takkan berhenti sampai adzan meninggi menyebut namamu di menara-menara peradaban, sampai berkibar panjimu kembali di atas tempat mi'rajmu, sampai mentari terbit dari barat.

.

Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad.


Tulisan dari @edgarhamas, Founder Gen Salad