12 Jul 2023

Pengasuhan Minim Stress dan Marah-marah

Catatan parenting 


Seorang perempuan itu bersifat pencemas. Masing-masing perempuan memiliki kadar kecemasan yang berbeda dan tentunya juga memiliki cara mengekspresikan kecemasannya masing-masing. 

Oleh karena itu terbilang wajar jika memang dalam pelaksanaannya setiap orangtua terutama bisa mengalami stress karena gara-gara tingkah laku anak-anaknya yang dianggap merusuhkan. Yang menjadi catatan adalah bagaimana mengelola stress tersebut atau menunjukkan cara bersikap yang baik dan benar dalam menghadapi segala tingkah laku anak.
Adapun salah satu indikator stress itu sendiri adalah kondisi emosi negatif yang kurang terkontrol. Menurut Teh Kiki, beberapa penyebab orangtua mudah emosi pada anak yaitu sebagai berikut:

  • LUPA jika anak = amanah
  • LUPA perintah Allah tentang keluarga
  • Menganggap anak sebagai beban
  • Hubungan dengan pasangan kurang harmonis
  • Tengah mengalami cobaan hidup
  • Beban pekerjaan rumah (urusan domestik)
  • Minim ilmu pengasuhan anak
  • Berbeda visi dengan lingkungan
  • Kegiatan anak tidak teratur
  • Mengalami kelelahan
  • Terkejar tenggat waktu pekerjaan
  • Tinggal di lingkungan yang tidak nyaman

Kemudian, beliau melanjutkan materinya ke bahasan komunikasi. Menyampaikan 12 gaya populer kekeliruan komunikasi yang beliau kutip dari kajian parenting Ibu Elly Risman. Yups, komunikasi menjadi salah satu kunci kesuksesan membangun rumah tangga, termasuk dalam hal pengasuhan anak. Keterampilan berkomunikasi dengan anak dan juga suami inilah yang perlu kita pelajari agar terwujud keharmonisan, mempererat ikatan emosional antar anggota keluarga. Sebagai orangtua yang bertugas untuk mengarahkan anak agar bisa bersikap dalam menghadapi suatu masalah maka kita harus pandai membangun komunikasi yang produktif.

Menurut pandangan seorang Kiki Barkiah, pengasuhan minim stres dan marah-marah itu merupakan pengasuhan yang didasari dengan meneladani bagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengasuh dan mendidik generasi terbaik. Secara garis besar, isi materi seminar yang disampaikan oleh Teh Kiki sebenarnya merujuk ke konsep parenting islami. Beliau sendiri menuturkan bahwa dalam menerapkan gaya pengasuhannya selama ini pada anak-anaknya memang cenderung mengunggulkan nilai-nilai islami sehingga salah satu visi keluarga beliau adalah membentuk keluarga muslim yang cerdas dan berwawasan luas serta memegang teguh syariat. 

Tauhid atau keimanan merupakan hal pertama yang ditanamkan sekaligus dikuatkan oleh Teh Kiki dalam keluarganya. Dalam kesempatan seminar ini, sebenarnya beliau lebih banyak sharing tentang pengalaman berhikmah seputar keluarga dan pengasuhan anaknya. Menyimak pemaparan materi seminar yang disampaikan oleh beliau mengingatkan saya pada isi buku “Menanamkan Iman pada Anak” dan “Islamic Parenting” yang benang merahnya sama yaitu membekali anak dengan tauhid sesuai fase usia tumbuh kembangnya. Mungkin saja buku ini menjadi referensi bagi beliau dalam menjalankan gaya parentingnya.

Beberapa poin penting yang berhasil saya maknai dari pemaparan beliau adalah:

  1. Pandai mengambil hikmah dalam setiap peristiwa yang dialami dengan anak (terampil memaknai)
  2. Mengasuh dan mendidik anak diniatkan sebagai ibadah
  3. Bangun komunikasi produktif dengan suami dan anak
  4. Acuan utama dalam mengasuh anak adalah Alquran dan hadis
  5. Memperkuat doa agar dimampukan oleh Allah untuk mendidik anak dengan sebaik-baiknya
  6. Membangun prasangka baik terhadap suami dan anak
  7. Melatih diri dengan sugesti positif
  8. Membekali diri dengan ilmu-ilmu tentang keluarga dan pengasuhan anak
  9. Memahami kepribadian dan bahasa cinta suami dan anak
  10. Membantu melejitkan potensi terbaik suami dan anak

SIMPULAN

 Tidak ada orangtua yang sempurna, setiap pengasuhan anak antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki medan jihadnya masing-masing. Bukan untuk dibanding-bandingkan tanpa henti, melainkan untuk diambil hikmah dan kebaikannya untuk kita coba terapkan sendiri. 

Selain itu, saya pun meyakini bahwa emosi anak merupakan cerminan emosi orangtua. Untuk meminimalisir kadar stress yang menyebabkan mudah emosi itu, seorang perempuan yang telah menjadi istri sekaligus ibu harus tuntas dulu dengan dirinya sendiri. Tuntas secara emosi, sampah emosi negatif di masa lalu berupa trauma, momen menyakitkan atau istilahnya inner child dibersihkan dulu secara tuntas. Dalam hal ini kita diajak untuk berdamai dengan diri sendiri agar bisa merasakan sebuah penerimaan yang tulus. 

Sejatinya, ahli parenting terbaik bagi anak-anak adalah orangtuanya sendiri. Orangtualah yang memahami seutuhnya atas segala kelebihan dan kekurangan sang anak.

Jadi, mungkinkah mengasuh anak tanpa mengalami stress? 

Bagi saya, tidak mungkin. Karena stress itu sendiri Allah ciptakan untuk memacu diri kita agar mampu menyalurkan fitrah keibuan/kebapakan sekaligus melejitkan potensi terbaik diri kita untuk bertumbuh menjadi orangtua terbaik bagi anak.

Hanya ada 2 pilihannya, 

  1. Berlarut-larut dengan rasa  stres itu sendiri sehingga makin terpuruk dan mengabaikan fitrah keibuan/kebapakan yang ada dalam diri

Atau

2. Bergerak melawan rasa stress itu agar mampu bangkit bertumbuh menjadi sebaik-baik orangtua. Anggap saja stress ini sebagai cara Allah untuk memantaskan diri kita sebagai orangtua, madrasah utama sang anak. 

Mau pilih yang mana???

Wallahu’Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar