12 Jul 2023

Wanita Berpendidikan

 Notulensi Bincang-Bincang Hijab Alila dengan Mba Dewi Nur Aisyah

Kalau kita mau lanjut studi ke luar negeri, ada dua hal yang harus kita renungkan terlebih dahulu:

  1. Apa jurusan yang mau kita ambil?
  2. Apa niat kita lanjut studi ke luar negeri?

Jurusan studi yang mau kita ambil, membantu kita menentukan negara/kampus tujuan. Kita lanjut studi ke luar negeri untuk mencari ilmu dari sumber terbaiknya. Misalnya belajar Agama Islam bisa ke Mekkah, Madinah, atau Mesir; belajar Teknik Kimia bisa ke Jerman; dst karena memang disanalah pusat ilmu tersebut.

“Segala amalan tergantung dari niatnya”. Semua orang nantinya akan bertemu dengan apa yang ia cari/niatkan. Tujuan lanjut studi ke luar negeri untuk mencari ilmu dari sumber terbaik ilmu tersebut dan selanjutnya memberikan kemaslahatan bagi sekitar.

Kondisi idealnya, perempuan berangkat studi ke luar negeri dengan mahramnya. Namun kalau belum bisa, bisa mencari teman yang sama-sama ingin kuliah di luar negeri. Sharing tempat tinggal dengan sesama muslim dan cari lingkungan yang baik. Pastikan sebelum berangkat, landasan akidah kita sudah kuat.

Saat studi di negara yang muslimnya adalah minoritas, otomatis tidak akan ada yang mengingatkan kita untuk sholat lima waktu. Di negara-negara empat musim, jadwal sholat seringkali berubah sehingga kita yang harus selalu mengecek jadwal sholat. Kita dapat menjaga waktu sholat dengan kemauan dan kedisiplinan. Pesannya, pertahankanlah taqwa dimanapun kita berada. Hal yang umum terjadi biasanya terkait makanan halal dan haram. Pastikan apa-apa yang kita makan adalah halal dan baik; seperti disembelih dengan basmallah, proses masak menggunakan semua bahan halal, dsb. Kalau ragu, pilih makanan yang vegetarian.

Allah yang akan memampukan kita atas segala keterbatasan kita. Sebagai manusia kita mempunyai doa, biarkan Allah yang kemudian memberikan skenario terbaik untuk kita.

Tips mengatur waktu/mengemban setiap amanah (pelajar, istri, dan ibu) dengan baik:

  1. Carilah pasangan yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita; sehingga kalau bergerak, keduanya sama-sama ke arah yang sama (searah).
  2. Menjadikan pasangan sebagai ‘partner tektok’; dalam artinya saling bekerja sama, membantu, dan memahami. Mba Dewi dan suami mempunyai Family Calender, dimana berisi seluruh jadwal Mba Dewi dan suami. Kalau suami jadwal ke kampus, Mba Dewi di rumah menjaga anak, dan begitupula sebaliknya. Kalau ingin membuat janji pun, lihat dulu Family Calender.
  3. Siap lebih lelah; karena hasil berbanding lurus dengan usaha. Kalau kita ingin hasil yang besar, effort yang dikeluarkan juga besar.
  4. Melibatkan Allah dalam setiap proses.

Dan perlu dipahami, bahwa selalu ada yang pertama kali untuk apapun yang kita lakukan. Jadi, trial & error diawal wajar dan kita senantiasa belajar.

Cara berdakwah di negara minoritas muslim?

  1. Yang paling sederhana, tetapi paling ‘ngena’ adalah kita menjadi contoh/teladan dengan akhlak yang baik; bekerja secara profesional, memiliki etos kerja yang tinggi, tidak memandang sinis orang lain, dsb.
  2. Bergabung dengan organisasi/komunitas/perkumpulan muslim disana; berjama’ahtidak sendirian.

Pastikan kembali bahwa setiap apapun yang kita lakukan niat dan tujuannya adalah karena Allah SWT. Saling mengingatkan satu sama lain, “Ladang amal apa lagi yang bisa kita garap di dunia?” Karena kita tidak pernah tahu sampai berapa umur kita. Jangan sampai kita masih disini-sini saja, sedangkan orang lain sudah jauh memberi banyak arti dan mengumpulkan pahala daripada kita.

Tambahan tips parenting:

  • Prinsip sebelum mengajarkan anak membaca, menulis, atau menghitung adalah membangun akidah terlebih dahulu. Megenalkan Allah, rasul-Nya, dan bahwa kita adalah hamba yang harus senantiasa berada dalam koridor-Nya. “Akidah, Akidah, Akidah, Akhlak”Membangun akidah pada anak bukan perkara yang mudah sehingga sampai dulang tiga kali oleh Mba Dewi. Membangun akidah adalah hal yang paling mendasar dan penting yang lebih dulu diajarkan pada anak.
  • Jangan pernah malu untuk minta maaf kepada anak. Misalnya kita pulang terlambat atau lupa akan suatu hal. Anak perlu tahu kita menyesal dan menghargai janji yang telah dibuat.
  • Kalau anak melontarkan pertanyaan yang belum kita ketahui jawabannya, jawablah kalau kita memang tidak tahu dan akan mencari tahu jawabannya nanti. Jadikan itu PR dan benar-benar kita cari tahu jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar