31 Jul 2023

Financial Mindset


Sharing: Ustadz Felix Siauw, Ustadz Weemar Aditya, dan Tsis

Tanggal: 31-03-2023

Sumber: YN Classroom

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

 

1.Kalau kita sudah punya visi, maka itu akan lebih mudah untuk membedakan mana yang kita perlu dan mana yang tidak kita perlukan. Bagi Ustadz Felix untuk urusan dakwah, tidak perlu kompromi. Kalau perlu beli suatu barang yang harganya 10 juta dan saat itu Ustadz Felix punya uang 10 juta, maka uangnya akang dihabiskan untuk membeli barang itu. Tapi kalau itu untuk keperluan pribadi, maka Ustadz Felix akan jadi orang yang pelit, karena Ustadz Felix akan berpikir berkali-kali. Contoh: Saat Ustadz Felix perlu beli HP baru karena batere HP nya sudah drain, maka akan ditunda-tunda. Awalnya Ustadz Felix beli betere HP saja, tapi ternyata 2 minggu kemudian baterenya HP barunya juga drain lagi. Akhirnya Ustadz Felix mengambil kesimpulan bahwa aps itu setiap waktu akan “makan baterai” lebih banyak. Kalaupun Ustadz Felix beli iPhone, maka yang akan memakainya Tsis, karena lebih bisa dioptimalkan. Kalau Ustadz Felix pakai HP hanya untuk WhatsApp’s dan Telegram saja, jadi tidak perlu gengsi. Menurut Ustadz Felix iPhone itu hanya bagus untuk foto (kameranya) saja.

2.Orang yag sudah punya visi akan menyiapkan jawaban sebelum dia minta sesuatu. Jangan minta sesuatu dulu baru menyiapkan jawaban. Contoh: Ini ada barang bagus, ya sudah kita beli saja. Lalu baru berpikir barang ini untuk apa? Apa yang akan kita lakukan dengan barang ini? Bukan begitu seharusnya. Ustadz Felix baru akan beli barang yang baru, kalau barang lamanya sudah rusak. Ini mindset yang penting. Kalau kita tidak memiliki mindset dakwah, maka akan sulit sekali untuk membedakan apa yang boleh kita beli dan yang tidak boleh kita beli. Yang sudah punya mindset dakwah saja kadang masih bisa keceleMerasa ini untuk dakwah, padahal bukan.

3.Bagi orang yang mempunyai masalah (problem) keuangan, solusi yang hasilnya langsung/instan adalah dengan mengurangi pengeluaran. Kadang-kadang Ustadz Felix tidak habis pikir dengan orang yang meminjam uang ke orang lain. Alasannya karena anaknya belum bisa bayar uang sekolah. Menurut mindset-nya Ustadz Felix kalau memang tidak mampu, ya jangan dipaksa. Kalau hal ini terjadi pada Ustadz Felix, maka Ustadz Felix akan bilang ke anaknya untuk tidak sekolah, karena Ustadz Felix tidak mampu untuk bayar sekolah anaknya. Ustadz Felix tidak akan datang ke orang lain untuk pinjam uang, karena Ustadz Felix tidak mau menyusahkan orang lain. Mengurangi pengeluaran ini penting.

4.Tidak dosa kalau kita tidak bisa menyekolahkan anak. Di dalam Agama Islam yang wajib itu mendidik anak, bukan menyekolahkan anak. Mendidik anak itu boleh jalurnya dengan cara menyekolahkan, tapi bukan sekolahnya yang wajib. Kalau kita tidak mampu menyekolahkan anak, maka bisa kita didik sendiri. Seringkali yang menjadi masalah adalah orang tua mencoba untuk mempertahankan anaknya bisa sekolah di sekolah tertentu. Itu yang menghabiskan uang. Padahal ada sekolah yang lebih murah.

5.Rasulullah  bersabda, “Kemuliaan itu ada pada ilmu, sementara kehormatan itu ada pada harta.“  Artinya seseorang itu bisa menjadi orang yang mulia karena dia banyak ilmu, tapi dia menjadi tidak terhormat karena tidak bisa handle harta atau uang. Jadi kehormatan itu ada pada harta, sedangkan kemuliaan itu ada pada ilmu. Orang dengan ilmu itu bisa mulia, tapi belum tentu terhormat. Orang kaya itu terhormat, tapi belum tentu mulia.

6.Rasulullah  bersabda, “Halal kehormatan seseorang, ketika ia meminjam uang orang lain.“ Makanya kita lihat sekarang ini kalau ada orang yang pinjam uang orang lain itu bisa sampai dimaki-maki. Seolah-olah orang itu seperti tidak punya kehormatan, walaupun dia seorang ustadz misalnya. Kita bisa jadi less respect sama orang itu.

7.Apa bedanya terhormat dengan mulia? Terhormat itu adalah dia dipandang, sedangkan kemuliaan itu dia memesona. Ilmu itu membuat orang menjadi mulia. Contoh: Pada saat kita bertemu dengan seorang ustadz, maka dia mulia, maka kita khidmat dan senang ke dia. Tapi belum tentu dia terhormat kalau dia tidak amanah dalam mengelola harta. Kalau ada orang kaya, maka dia terhormat, tapi belum tentu mulia, karena kalau dia tidak punya ilmu, maka dia tidak mulia. Contoh: Para koruptor. Kalau kita tidak punya harta dan juga tidak punya ilmu, tapi tidak pernah minta-minta kepada orang lain, maka dia tetap terhormat, walaupun kehormatannya rendah, tapi dia tidak mulia.

8.Untuk mengurangi pengeluaran kita bisa menjual aset yang dimiliki. Contoh: Kita tidak perlu tinggal di rumah yang mewah. Rumah itu bisa dijual untuk mengurangi pengeluaran. Lalu uang hasil penjualannya dipakai untuk kontrak rumah. Kontrak rumah juga bisa standarnya diturunkan. Intinya kita harus melakukan segala sesuatu untuk memangkas pengeluaran. Kalau ada barang yang masih bisa dijual, maka dijual, lalu diganti dengan barang yang lebih murah. Kita harus strict banget dalam mengurangi pengeluaran. Ustadz Felix suka kesal (gedeg) dengan orang yang minta-minta di Instagram. Contoh: Tolong saya…….  Padahal orang itu masih punya paket data internet. Dia juga masih punya 2 tangan yang dapat digunakan untuk berusaha. Berusahalah, pasti bisa.

9.Menambah pemasukan (to be vs to have). To have itu liability, sedangkan to be itu asset. Kalau to be itu lebih kepada skill atau investasi pada sesuatu. Sedangkan to have itu jadi beban (liability). Setiap barang yang kita beli itu adalah beban. Contoh: Beli mobil, motor, iPhone itu beban. Ini akan terus-menerus membebani kita. Semakin mahal iPhone-nya, maka semakin besar beban kita. Karena kita jadi harus beli case-nya yang mahal. Beli handphone itu beban karena harus diisi pulsa/paket data terus. Membeli suatu barang itu karena ada tujuan yang mau kita achieve. Kita mau jadi kayak apa. Kita mau buat program apa. Jadi bukan karena barangnya doang.

10.To be itu menumbuhkan sedangkan to have itu membuat jadi beban. Saran Ustadz Felix bagi orang-orang yang mengalami kesulitan keuangan, maka mereka harus tahu cara untuk menaikkan pendapatan. Kita perlu membuat target mau mendapatkan uang berapa. Contoh: Agar kondisi finansial sehat, maka keluarga dengan 2 anak cukupnya itu sekitar 4 juta. Maka buat target dengan cara melihat apa yang dilakukan oleh orang yang gajinya atau penghasilannya 4 juta. Ternyata itu adalah gaji pekerja adminstrasi biasa. Maka orang itu harus belajar agar bisa menjadikan dirinya seperti pekerja administrasi itu. Oleh karena itu perlu menaikan valensi yang dimiliki.

11.Kalau seseorang itu to be nya lebih dari to have nya maka asetnya akan lebih banyak daripada liabilitasnya. Inilah mindset orang kaya. Bisa jadi orang ini kelihatan tidak punya apa-apa tapi dia selalu menumpuk to be nya, maka tinggal tunggu waktu dia akan punya kehidupan finansial yang sehat. Sebaliknya orang kaya yang tidak pernah invest pada to be, lalu kemudian dia to have terus (belanja terus), maka tinggal tunggu waktu. Saat resource-nya mampet, maka to have itu akan membebani dia sampai bangkrut. Contoh: Awalnya dia punya motor 10, tapi akhirnya harus dijual dengan harga yang rendah. Dia juga harus membiayai maintenance rumah yang besar.

12.Boleh atau tidak kita berhutang? Hutang produktif vs hutang konsumtif. Hutang produktif adalah hutang yang bisa untuk menghasilkan sesuatu, dengan risk yang serendah-rendahnya. Hutang konsumtif adalah semua hutang yang menambah liability (to have)Ada lagi hutang yang wajib (hutang daruri), yaitu kalau dia tidak hutang, maka akan mati. Contoh: Hutang untuk membeli makanan. Kalau hutang yang konsumtif itu tidak boleh. Mendingan tidak usah hutang sama sekali. Bapaknya Ustadz Felix mengatakan, “Orang yang pinjam uang orang lain itu bodoh. Orang yang minjemin, lebih bodoh.“ Kenapa? Karena seringkali kalau kita bicara tentang hutang, banyak orang-orang yang dulunya temenan, jadi tidak temenan lagi gara-gara hutang. Bahkan ada guru dengan murid, orang tua dengan anaknya, sesama saudara, yang hubungannya jadi hancur karena hutang konsumtif.

13.Hutang konsumtif itu pasti akan merusak. Contoh: Seorang teman berkata, “Bro, bisa pinajm 500 juta ngak, aku mau beli mobil baru. Tahun depan nanti aku kembaliin deh.” Ternyata setelah beli mobil itu, teman tersebut pergi ke luar negeri, tapi belum bayar hutangnya yang sudah jatuh tempo. Apa yang akan dipikirkan  oleh orang yang meminjamkan uang?

14.Hutang itu akan mencapai manfaatnya saat seseorang lagi butuh, tapi saat orang itu sudah tidak perlu lagi, maka akan menurun manfaatnya. Contoh: Ada orang yang meminjam uang 500 juta. Pada saat orang itu mendapatkan uang 500 juta, sebenarnya uang itu bukan hak dia. Mindset financial-nya seharusnya itu bukan hak dia. Tapi hak nya orang yang dia pinjam uangnya. Akan tetapi dia merasa uang itu milik dia, sehingga ia boleh untuk membelanjakan uang itu. Di situ masalahnya. Kalau pinjam uang ke orang lain, maka mbok ya makannya jangan berlebihan. Makannya jangan di restoran, atau makan makanan yang mewah. Karena nanti orang-orang akan lihat. Kok bisa-bisanya. Ini orang yang tidak matang secara finansial.

15.Tahu diri adalah sebuah pelajaran yang sulit. Karena orang yang problem-nya hutang konsumtif, maka hidupnya akan sulit sekali. Kecuali kalau hutang nya adalah hutang darurat (daruri). Contoh: Hutang karena tidak bisa makan. Maka orang lain akan dengan senang hati bukan hanya meminjamkan, malah akan di kasih. Di ikhlas kan saja. Kalau untuk keperluan ini Ustadz Felix lebih baik kasih saja, daripada memberi hutang. Kenapa? Karena kalau memberi hutang bisa berpotensi ada masalah dengan saudara (masalah hubungan kekeluargaan). Masalah dalam ukhuwah. Selama ini Ustadz Felix tidak pernah hutang untuk pribadi, kecuali hutang yang tidak disadari. Contoh: Pinjam uang untuk bayar parkir, lalu lupa. Hal ini karena dompet Ustadz Felix tidak ada isi uangnya. Se-susah apapun, selama hidup Ustadz Felix tidak pernah hutang kepada orang lain, karena mendingan lapar daripada hutang ke orang lain.

16.Orang cina mempunyai prinsip: jangan membeli sesuatu barang, kecuali kalau punya uang 50X lipat dari nilai barang yang mau dibeli. Tapi Ustadz Felix sekarang tidak seperti itu. Kalau untuk keperluan dakwah, maka uang itu hanyalah sebuah angka. Cuma angka-angka yang berubah di HP. Kalau angkanya 0, ya ngak bisa diambil uangnya. Tapi kalau ada, ya sudah selesai urusannya. Contoh: Untuk keperluan dakwah Ustadz Felix pernah membeli tanah dan hutang karena hanya bisa membayar separuhnya. Hal ini disetujui oleh yang menjual tanah. Ustadz Felix yakin, kalau untuk keperluan dakwah, insya Allah akan bisa membayar hutang nya. Karena tahu potensi yang dimiliki, dan kemampuannya untuk menghasilkan uang. Tapi kalau masalah anaknya tidak bisa sekolah, atau keluarganya tidak bisa makan, maka lebih baik Ustadz Felix akan jual rumah atau mobilnya. Lalu berusahalah untuk hidup sesuai dengan kemampuan.

17.Jadikan uang sebagai babu atau kita akan jadi babu nya uang. Kalau kita tidak bisa menjadikan uang sebagai babu, maka kita akan dijadikan babu oleh uang. Uang itu hanya lah sesuatu yang perlu kita letakkan di tempat dimana dia bisa bekerja yang terbaik untuk kita. Ustadz Felix sering berkata kepada orang-orang kaya, kalau mereka itu punya uang, mbok ya bisa memberikan yang maksimal buat dakwah. Contoh: Membelikan kamera untuk orang yang perlu  dan bisa memaksimalkan nya untuk dakwah, jangan untuk orang yang tidak perlu. 

18.Bagaimana cara untuk tahu kita perlu atau tidak suatu barang? Kalau Ustadz Felix, cara yang pertama dengan memasukkan barang yang dianggap perlu ke keranjang belanja di marketplace selama beberapa waktu, tapi tidak di check out. Cara kedua, dengan pinjam dulu sama orang lain. Misalnya Ustadz Felix pinjam tab-nya Ustadz Weemar, ipad nya Fuad Naim untuk tahu sebenarnya beliau perlu atau tidak untuk beli tablets. Jadi sebelum membeli suatu barang dipikirkan dulu untuk apa kita mau membeli barang tersebut. Harta ini harus bekerja untuk kita, bukan kita dikerjai oleh harta.

19.Allah sudah menakar rezeki seseorang. Ada yang di kasih kaya, dan ada yang di kasih cukup. Seharusnya di dunia ini tidak ada yang susah. Tapi kok ada orang miskin? Kok ada negara yang berada dalam garis kemiskinan (poverty)? Kenapa kemiskinan bisa merajalela? Ini karena salah kita tidak bisa mengoptimalkan yang banyak dan yang cukup. Hal ini juga bis terjadi karena kesalahan dalam menerapkan sistem ekonomi, dimana tidak terjadi distribusi yang merata. Sadarilah kalau kita berada di suatu kondisi yang seharusnya tidak bermasalah, dimana kita masih merasa kurang, maka itu tandanya kita salah dalam mengelola yang cukup. Hal ini terjadi karena ada banyak pengeluaran yang tidak perlu. Maka pengeluaran yang tidak perlu itu harus di pangkas. Ini harus dilihat satu-satu, mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. Ini biasanya karena hawa nafsu. Mahatma Gandhi berkata, “Dunia ini cukup untuk semua orang, tapi tidak cukup untuk memenuhi satu mulut orang yang serakah.“

20.Kita perlu mempunyai tips and tricks untuk mengendalikan hawa nafsu. Kalau Ustadz Felix dengan cara check in barang di marketplace tapi barangnya tidak dibeli. Jangan sampai sesuatu yang sebenarnya kita tidak perlu tapi dibeli, sehingga hidupnya jadi tidak bahagia.

21.Kaya dan miskin itu juga immateriil. Orang itu bisa merasa kaya atau merasa miskin, tergantung apa yang menjadi mindset-nya dia. Kalau mindset-nya salah, seberapa pun banyaknya uang yang dimiliki, ia akan tetap merasa kurang. Secukup apapun yang diberikan oleh Allah dia akan bersyukur, kalau mindset-nya benar. Berarti yang penting ini adalah bagaimana cara dia memandang, dengan mental kaya atau mental miskin. Karena ada banyak orang kaya yang mentalnya miskin, dan banyak orang-orang miskin yang mentalnya kaya.

22.Yang penting itu kita itu mau apa di dunia ini. Kalau tujuannya untuk dakwah, maka Allah akan mencukupkan semuanya. Pasti Allah akan mencukupkan, yakin lah. Semua permintaan Ustadz Felix di dalam dakwah tidak ada satu pun yang tidak dicukupkan oleh Allah. Masalahnya sekarang banyak orang yang to have-nya sudah ada (punya barang) tapi to be-nya ngak ada (ngak tahu barangnya mau dipakai buat apa). Kalau hal ini terjadi pada orang kaya tidak apa-apa, karena bisa jadi wasilah untuk kebaikan (misalkan dengan di sedekah kan).

23.Apakah salah punya mindset punya uang banyak dan nantinya untuk bantu umat muslim dan ngak hanya cari pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan saja? Kalau pertanyaannya seperti ini, maka orang yang bertanya sudah terjebak dengan mindset yang salah. Karena seakan-akan kita tidak bisa membantu umat kalau kita tidak punya uang yang banyak. Ia berpikir materi itu yang menyebabkan bahagia. Membantu orang lain itu tidak harus dengan cara memenuhi kebutuhan materi orang tersebut. Maka seharusnya pertanyaannya diubah: Apakah salah kalau saya ingin jadi kaya supaya bisa memanfaatkan kekayaan saya untuk agama Allah? Kalau pertanyaannya seperti ini, maka jawabannya boleh. Tapi kalau dari miskin kita tidak banyak support Islam, maka saat kaya pun kita juga tidak akan banyak support Islam.

24.Uang tidak akan bisa mengubah seseorang. Uang cuma akan menunjukkan sifat aslinya orang itu kayak apa. Jadi bohong kalau ada orang yang bilang nanti kalau saya kaya, saya akan begini dan begini. Kalau memang ingin menolong agama Islam sebenarnya bisa dari sekarang. Kalau kita sudah berjanji sama Allah, jika punya uang sekian akan digunakan untuk membantu agama Allah, maka jangan tergoda untuk mundur. Karena tidak ada orang yang menjamin saat kita punya uang banyak tidak bisa diambil lagi oleh Allah.

25.Sebelum memiliki suatu barang, maka kita harus punya mindset yang betul. Maka ketika nanti kita punya barangnya, maka kita akan bisa menggunakannya dengan benar. Kita harus punya jawaban sebelum mengajukan permintaan kepada Allah. Kenapa barang itu harus ada di kita? Karena kalau Allah kasih ke kita, maka kita sudah punya list nya barang itu akan digunakan untuk apa saja di jalan kebaikan. Ini adalah proposal kita kepada Allah. Contoh: “Ya Allah, kalau kamera itu ada di aku, maka akan jadi ini, ini, dan ini.“

26.Ada orang yang menginginkan posisi to have tapi di kasih topeng to be. Contoh: Dia bilang ingin jadi ustadz. Sementara di kepala dia mau jadi ustadz supaya terkenal (famous). Supaya di support oleh jamaah. Materi itu hanya bisa ngasih segitu saja. Kebanyakan orang dikendalikan oleh barang (materi). Mereka tidak bisa menekan (supress) keinginan nya sendiri. Sehingga ia merasa hidupnya tidak akan sempurna kalau dia tidak memiliki barang-barang itu.

27.KesimpulanKalau kita tidak punya visi dakwah, maka kita akan senantiasa menjadi budak dari dunia. Ketika punya uang tidak tahu mau dikemanakan uangnya. Tidak bisa menekan keinginan kita. Tidak bisa memprioritaskan sesuatu di dalam kehidupan kita. Maka visi dakwah itu penting sekali. Mau kemana kita di dunia ini. Apa yang kita cari di dunia? Apa yang ingin kita dapatkan di dunia? Itu yang harus kita pikirkan, baru nanti kita tahu mana yang harus diprioritaskan. Kalau untuk keperluan dakwah jangan hitung-hitungan. Kalau untuk kenikmatan pribadi,maka tunggu dulu.

28.Dunia itu seperti bayangan. Ketika kita fokus pada bayangan dan mengejar bayangan, maka dia akan lari. Maka fokuslah pada tujuan, itu seperti fokus pada cahaya matahari. Kalau kita fokus pada cahaya, maka bayangan yang akan mengikuti kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar