Yang aku tahu tentang hidupku adalah bahwa itu semua adalah rangkaian dari kebaikan Allah
...
17 Agu 2024
21 Jun 2024
perbedaan optimisme dengan toxic positivity.
Optimisme itu berbeda dengan toxic positivity. Rasa optimisme ini akhirnya membawa Nabi Yakub bertemu kembali dengan putranya. Bahwa setiap kita pasti butuh ditolong sama Allah. Istilah sebutannya dengan prophetic optimism. Bagaimana kalimat-kalimat baik ini bisa menumbuhkan optimisme bukan hanya pada diri sendiri tapi juga pada orang-orang di sekitar kita.Optimisme dalam pikiran dulu. Contoh, misalkan kita mau bangun rumah. Mulai dari mana? Mulai dari kreasi mental dulu. Kita buat rancangan dalam pikiran, kemudian baru setelah itu dituangkan ke dalam gambar, mungkin lewat jasa arsitek atau gambar sederhana.
Dan ketika kreasi mental ini terjadi, bahkan kita enggak perlu ada sumber daya pendukung apapun secara fisik. Misalkan, ketika seseorang punya impian, ini bukan tentang uang, bukan tentang relasi, dukungan pihak lain, bukan. Mulai aja dengan niat, dan niat itu adalah kreasi mental, keyakinan, optimisme. Dan kemudian kreasi mental itu terucap dalam sebuah kalimat. Keyakinan itu adalah mindset. Bahkan enggak perlu ada bukti apapun dan optimisme itu adalah menciptakan kemenangan dalam pikiran.
Orang yang optimis itu sudah menang secara mental sebelum melakukan apapun secara fisik. Dan kalau begitu, apa rumus optimis? Saya memahami kawan-kawan sekalian karena saya sebagai seorang Muslim, rumus optimis itu percaya Allah plus percaya diri. Nah, urutannya ini penting. Percaya diri itu perlu diawali dengan percaya Allah, karena kalau kita percaya diri tanpa percaya Allah, bisa arogan, bisa sombong. Jadi percaya diri itu adalah percaya bahwa Allah memberikan kita kemampuan untuk memilih respon terbaik untuk bisa melakukan yang terbaik, berpikir, berucap, bertindak yang terbaik.
Dan yang perlu kita pahami di sini, teman-teman sekalian, optimisme itu berbeda dengan toxic positivity. Apa itu toxic positivity? Sebuah kondisi di mana seseorang itu menuntut diri sendiri agar selalu berpikir dan bersikap positif tapi menolak atau menyangkal emosi negatif. Tidak salah ketika seseorang itu harus bersikap positif atau memiliki positive mindset. Positive thinking memang teruji di banyak sekali riset. Ketika kita punya mental yang positif, memiliki pikiran yang positif, itu akan membantu kita melalui hari-hari yang tidak selalu mudah.
Tapi kan kita manusia, pasti ada saja hal-hal yang tidak menyenangkan. Kadang-kadang kita dihadapkan pada sesuatu yang bikin enggak enak pikiran dan enggak enak perasaan. Jangan sangkal itu. Tapi bagaimana kita kelola segala negativitas itu, kemudian bisa kita ubah menjadi power dan kekuatan yang positif. Jadi meskipun mental positif itu kita perlukan, bukan berarti kita menafikan perasaan negatif seperti kesedihan, kecemasan, kekhawatiran. Itulah bedanya toxic positivity dengan optimisme. Jadi, orang yang optimis ada kalanya dia takut, ada kalanya dia cemas, ada kalanya mungkin dia ragu, tapi rasa itu bisa dia kelola, bisa dia kontrol, bisa dia mainkan dalam dirinya. Kemudian segala yang negatif itu bisa berubah menjadi kekuatan yang menggerakkan. Maka agar tidak menjadi toksik, setiap kali kita mulai merasakan pikiran dan perasaan yang kurang nyaman, kembalikan kepada Allah. Itu rumus dasarnya. Zikrullah ta'ala itu mengubah ketakutan menjadi kekuatan. Energi zikir itu menentramkan jiwa, membangkitkan optimisme. Bukankah segala sesuatu ketika dikembalikan kepada Allah itu akan menentramkan jiwa kita dan membangkitkan keyakinan kita?
Dan dalam sebuah hadis, teman-teman sekalian, bahkan Rasulullah pun takjub dengan orang-orang yang optimis. Rasul bersabda, "Wajibuni al-fa'al," kata nabi. Al-fa'lu itu membuatku takjub. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa itu al-fa'al?" Beliau menjawab, "Al-fa'al itu adalah kalimatun thayibah." Dalam bahasa lain, optimisme adalah kalimat-kalimat yang baik. Rasul sangat takjub dan menyukai al-fa'al, menyukai optimisme. Dan optimisme itu adalah kalimatun thayibah, kalimat yang baik yang berasal dari prasangka yang baik, pikiran yang baik, dan perasaan yang baik.
Dan mari kita belajar kalimat-kalimat baik optimisme dari para nabi yang Allah abadikan dalam Quran. Saya sebut dengan prophetic optimism. Bagaimana kalimat-kalimat baik ini bisa menumbuhkan optimisme, bukan hanya pada diri sendiri, tapi juga pada orang-orang di sekitar kita.
Yang pertama, kita belajar dari optimismenya Nabi Musa Alaihissalam. Sebagaimana kita tahu, Allah mengutus Nabi Musa untuk berdakwah kepada Firaun dan Bani Israil. Kita tahu kisahnya, segala cara sudah dicoba, pendekatan dakwah sudah dicoba, Firaun tidak menyambut seruan itu dengan baik. Singkat cerita, atas perintah Allah, Nabi Musa membawa Bani Israil pergi dari kerajaan Mesir dan Firaun benar-benar murka. Dengan pasukan yang lengkap, mereka mengejar rombongan Bani Israil hingga pada akhirnya mereka berhasil mengejar Bani Israil. Dalam keadaan terjepit, di depannya lautan, di belakangnya ada ancaman. Di sini Allah abadikan dalam Quran Surah Asyuara. "Faum musriin allama jaman Q. Ashu Musa innaudrun." Ketika Firaun dan bala tentaranya itu dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit, ketika dua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Kita akan tersusul, kita akan benar-benar tersusul." Ada pesimisme di situ. Tapi bagaimana kalimat Nabi Musa, "Qala kalla inna ma'ia rabbi sayahdin," kata Nabi Musa. "Sekali-kali tidak, kita tidak akan tersusul." Kenapa? Karena Allah bersamaku dan Dia akan memberikan petunjuk kepadaku. Nah, kalimat yang muncul dari lisan Nabi Musa ini adalah kalimat optimisme, prasangka baik. Padahal di depan Nabi Musa ada lautan yang tidak mungkin diseberangi. Tidak ada perahu saat itu, tidak ada kapal, dan tidak mungkin berenang menyeberangi Laut Merah yang sebegitu luasnya. Sedangkan di belakang ada pasukan yang siap menangkap dan membantai mereka. Bagaimana dalam keadaan kondisi yang sulit, rasa pesimis muncul di pengikut Nabi Musa, tapi Nabi Musa tegar dan optimis. "Sekali-kali kita tidak akan tersusul karena Allah bersamaku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku." Optimisme itu lahir ketika seseorang bersandar, percaya pada solusi dan jalan keluar yang datang dari Allah, walaupun keadaan yang sama sekali tidak mendukung. Lalu apa yang terjadi setelah itu? Pertolongan Allah pun datang, luar biasa.
Berikutnya, kita belajar dari optimisme Nabi Yakub Alaihissalam. Salah satu penderitaan orang tua itu adalah saat kehilangan anaknya. Dan kita semua tahu kisahnya Nabi Yakub. Nabi Yakub menderita karena kehilangan Nabi Yusuf Alaihissalam. Tapi dalam setiap penderitaan yang dialaminya, kalimat-kalimat baik yang keluar dari lisannya. Nabi Yakub punya 12 anak, 10 anaknya berprasangka buruk, mengira bahwa Nabi Yakub hanya sayang kepada Yusuf Alaihissalam, dan mereka pun membuang Nabi Yusuf ke dalam sumur dan berkata bohong kepada Nabi Yakub bahwa Yusuf telah tewas karena dimakan serigala. Nabi Yakub akhirnya dikungkung kesedihan, menangisi kehilangan anaknya, tapi meskipun begitu, kalimat-kalimat thayibahlah yang keluar dari lisannya. Masih ada optimisme di antara runtuhan kesedihan-kesedihan itu. Puluhan tahun sudah berjalan, sudah banyak kisah dan kejadian yang dialami Nabi Yusuf, dan dia bahkan menjadi salah satu pembesar di negeri Mesir. Dalam keadaan seperti itu, perhatikan Surah An-Nur, "Pergilah kamu bertang Yusuf dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir."
Optimisme ini akhirnya membawa Nabi Yakub bertemu kembali dengan putranya. Bahwa setiap kita pasti butuh ditolong sama Allah. Jangan habiskan berkeluh kesah pada makhluk, sebagaimana juga ungkapan Nabi Yakub yang lain, "Inna ma ashku bathi wa huzni illa Allah," aku mengadukan segala kesusahan dan kesedihanku kepada Allah.."
Yang terakhir, teman-teman sekalian, kita belajar optimisme dari kisahnya Nabi Daud alaihissalam. Nabi Daud pernah berada dalam kondisi yang sangat sulit ketika dia tergabung dalam kelompok kecil yang harus berhadapan dengan kelompok besar. Namun sikap optimisme menjadi bekal penting untuk menghadapi kelompok besar itu. Nah, kisah ini bermula ketika Raja Thalut bersama 80.000 pasukannya, termasuk Nabi Daud, akan berperang melawan raja zalim yang bernama Jalut (David versus Goliath). Jumlah pasukan Thalut dan Jalut ini sangat tidak berimbang. Pasukan Jalut jauh lebih banyak, jauh lebih kuat. Lalu di tengah perjalanan menuju medan peperangan, Thalut itu berpesan kepada pasukannya. Ini Allah abadikan dalam Quran, Surah Al-Baqarah ayat 249: "Kamillah, berapa banyak kelompok kecil yang bisa mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah." Luar biasa kalimat optimisme yang semestinya menginspirasi kita. Dan kita semua tahu, ternyata dari 80.000 pasukan itu sebagian besar melanggar perintahnya Thalut, minum air sungai berlebihan, mereka berbalik mundur, mereka juga enggak yakin bisa menang melawan Jalut. Tapi sementara itu ada beberapa pasukan yang tersisa, ratusan orang termasuk Nabi Daud, yang tidak meminum air sungai itu kecuali hanya sedikit, tetap berangkat ke medan perang dengan menyerukan kalimat optimis kepada pasukannya. Dan hasil akhirnya, pertolongan Allah hadir. Mereka mengalahkan pasukan yang jauh lebih besar dan jauh lebih kuat. Bahwa kunci utama dari optimisme itu adalah dengan izin Allah.
~ Catatan dari Kajian Ustadz Soni Abi Kim
20 Des 2023
Pusaran Desir Cinta Insan Manusia
Pusaran Desir Cinta Insan Manusia | Me & My Half Dien - Day 2
Pengajian : Ustadz Oemar Mita
Tanggal 15-12-23
Sumber: Mosfeed Premium
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
*Cinta itu seperti pohon, apabila rajin disiram dia akan tumbuh begitu kuat, mengakar pada jiwa.*
1. Dalam kehidupan ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Terkadang takdir seperti cuaca yang tidak bisa kita prediksi 100%. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk jatuh hati dengan kadar yang sama dengan hati kita. Ini agar kita bisa menyiapkan hati dengan berbagai kondisi yang terkadang tidak sesuai dengan harapan kita, sehingga tidak frustasi dan depresi. Banyak orang yang tidak siap menerima konsep takdir ketika cintanya tidak terbalaskan. Padahal ini salah satu kenyataan yang harus kita dalami. Kita harus bisa menghadirkan pada pikiran dan hati kita bahwa cinta itu terkadang frekuensi dan nadanya tidak seirama dengan frekuensi dan nada yang kita miliki pada hati kita, sehingga kita bisa mengimani takdir dan mendapatkan takdir yang lebih baik.
2. Cinta hanya milik Allah semata. Cinta itu bukan milik kita, tetapi hak prerogatifnya Allah. Allah yang menumbuhkan rasa suka atau tidak suka pada hati kita. Kita tidak bisa mengatur siapa yang kita cintai dan siapa yang kita benci. Tetapi kita hanya bisa menjalani rasa cinta yang Allah anugerahkan kepada kita. Kenapa Allah menumbuhkan cinta kepada fitrah kehidupan manusia? Allah ingin melihat apakah dengan rasa cinta yang Dia berikan, manusia masih bisa tetap taat kepada-Nya. Bukan kita yang bisa menguasai hati kita dan hatinya orang lain. Ada orang yang tidak merespons rasa cinta kita kepadanya. Bukan karena mereka jahat atau buruk, tetapi memang tidak ada rasa cinta dalam hatinya untuk kita. Dalam hal ini tidak ada yang bisa disalahkan.
3. Rasulullah ﷺ adalah manusia yang sempurna. Beliau adalah laki-laki terbaik yang pernah lahir dalam kehidupan manusia. Tetapi ternyata sejarah membuktikan bahwa Rasulullah ﷺ pernah melamar seorang wanita yang bernama Ummu Hani atau Fakhitah yang menolak pinangan dari Rasulullah ﷺ. Ummu Hani merasa dia punya anak dan tanggung jawab, maka akhirnya beliau menolak dengan halus lamaran dari Rasulullah ﷺ.
4. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baiknya wanita Arab adalah wanita Quraisy, Kalau mereka punya anak, maka ia akan memberikan cintanya kepada anaknya. Dan mereka tidak pernah menyia-nyiakan hak suaminya.”
5. Surat An-Najm ayat 43: Wa annahụ huwa aḍ-ḥaka wa abkaa. Artinya: Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.
6. Surat An-Najm ayat 43 di atas memberikan sebuah perenungan yang luar biasa. Ternyata kita tidak bisa mengendalikan diri kita sendiri, kapan kita bisa tertawa dan menangis. Kalaulah kita saja tidak bisa mengendalikan hati kita, kapan kita bisa tertawa dan kapan bisa menangis, apalagi tentang hatinya orang lain. Ada sebuah kata-kata indah dari doa Rasulullah ﷺ, “Ya Allah jangan Engkau mencela saya, terhadap apa yang Engkau kuasai dan tidak aku kuasai.“ Apa yang dimaksud oleh Nabi Muhammad ﷺ di dalam hadits itu? Yaitu ketika beliau memiliki banyak istri, maka beliau dapat bersikap adil kepada istri-istrinya dan tidak berbuat zalim. Tetapi Rasulullah ﷺ lebih mencintai Aisyah RA daripada cintanya kepada istri-istri yang lain. Walaupun cintanya kepada Aisyah RA itu lebih besar, beliau tidak mengistimewakan haknya Aisyah RA dibandingkan dengan haknya istri-istri yang lain. Beliau tetap bersikap adil. Tetapi hatinya tetap lebih tertambat kepada Aisyah RA.
7. Dalam perjalanan kehidupan, bisa jadi kita ketemu dengan seseorang yang senada dan seirama dengan diri kita. Dia menyambut dan menerima khitbah kita, sehingga akhirnya terjadi pernikahan. Tetapi terkadang ada banyak orang yang pintu hatinya ditutup, sehingga tidak bisa membalas kita dengan perlakuan yang sama. Bukan karena mereka buruk, tetapi mereka juga tidak bisa mengendalikan hatinya, sama seperti kita yang tidak bisa juga mengendalikan hati kita. Jangan pernah membenci dan menaruh dendam kepada siapapun yang pernah menolak kita. Alasan membenci hanya karena cinta kita tidak direspon olehnya. Ini bukan alasan yang tepat dan membuat kita boleh bermusuhan. Bagaimana kita bisa menyalahkan orang atas sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan? Kalau kita masih menyimpan rasa benci dan dendam kepada orang yang menolak kita, maka ini sama artinya kita tidak kasihan dengan diri kita sendiri. Maka sekarang mulailah untuk menghapus namanya dari pikiran kita agar tidak menguras energi kita.
8. Ketika ada cinta yang menghilang, yang lebih baik akan datang. Ikhtiar kita dalam menjemput jodoh adalah kita harus siap dengan kondisi apapun. Kadang kita tidak bisa langsung menemukan orang yang kita inginkan dan ia mau menerima pinangan (khitbah) kita. Itu adalah ujian dari Allah supaya kita kelihatan syukurnya dan dapat mengelola cinta itu untuk menambah ketaatan kepada Allah. Tetapi kalau ada di dalam takdir kehidupan kita orang yang tidak membalas atau merespons cinta dan harapan kita, maka biarlah dia berlalu. Biarkan kereta itu lewat, karena mungkin ada kereta lain yang akan datang di saat yang baik, sesuai dengan harapan kita. Mungkin orang yang tidak menerima khitbah atau taaruf kita adalah orang yang baik, tapi bisa jadi dia bukan orang yang tepat untuk diri kita.
9. Bagaimana cara untuk menumbuhkan keyakinan dalam hati untuk menjalani hari-hari kita selanjutnya? Kalaupun kita berjumpa dengan orang yang ternyata tidak berjodoh dengan diri kita, maka kita tidak perlu dendam. Kisah Salman Al Farisi RA yang ditemani oleh sahabatnya Uwaimir bin Malik RA (Abu Darda RA) ketika akan melamar seorang wanita dari suku Anshar. Ternyata hati gadis dari suku Anshar itu tidak tertambat kepada Salman, tetapi justru tertambat kepada Abu Darda. Akhirnya Abu Darda menikahi wanita yang tadinya dia lamar untuk sahabatnya Salman. Ummu Darda RA ini memang terkenal kecantikannya, makanya ketika Abu Darda wafat, banyak orang yang melamar Ummu Darda. Salah satunya Muawiyah RA. Tetapi Ummu Darda menolak lamaran dari Muawiyah RA karena beliau ingin bertemu dengan suaminya Abu Darda nanti di surga. Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang wanita nanti akan bersama dengan suaminya yang terakhir saat berada di surga.“ Jadi Ummu Darda ingin suami terakhirnya adalah Abu Darda.
10.Abu Darda RA dan Ummu Darda RA pernah juga mengalami masa-masa yang bergelombang dalam pernikahan mereka. Ini terjadi pada saat Abu Darda tersengat cinta hanya kepada urusan akhirat. Apa yang terjadi? Abu Darda jadi tidak tertarik lagi kepada istrinya. Beliau tidak lagi mencampuri istrinya. Malamnya beliau selalu mengerjakan sholat malam, dan pagi harinya beliau berpuasa. Pada suatu waktu Ummu Darda bertemu dengan Salman Al-Farisi RA. Salman bertanya tentang sahabatnya Abu Darda. Pada saat itu Ummu Darda berkata, “Sahabatmu sudah tidak ada lagi hajat kepada diriku. Kalau malam dia sholat malam tanpa tidur. Kalau siang ia dalam kondisi berpuasa.” Perhatikan, bahwa apa yang pernah mereka lalui tidak membuat Salman menjauh dari Abu Darda. Mereka tetap menjadi sahabat yang dipertemukan karena iman. Iman itu lebih tinggi dari rasa kecewa. Salman tidak kecewa dengan Abu Darda. Maka akhirnya Salman menginap di rumah Abu Darda dan memberitahukan kepada Abu Darda yang seharusnya dia lakukan. Setiap kali Abu Darda ingin sholat malam, maka ia disuruh tidur oleh Salman. Hal ini terjadi berulang-ulang. Sampai akhirnya Salman menemani Abu Darda RA sholat malam pada sepertiga malam terakhir. Pagi harinya Abu Darda tidak mau menyentuh makanan yang dimasak oleh Ummu Darda. Pada saat itu Salman berkata, “Saya tidak mau makan kalau kamu tidak makan.” Abu Darda berkata, “Saya sedang berpuasa.” Salman tetap menyuruh Abu Darda untuk makan. Akhirnya Abu Darda membatalkan puasanya dan makan dengan sahabatnya. Pada saat itu Salman berkata, “Segala sesuatu itu ada haknya. Tubuhmu punya hak padamu, istrimu punya hak padamu, anakmu juga punya hak padamu. Maka berilah pada segala sesuatu itu haknya masing-masing. Dan jangan kamu melampaui batas.”
11.Kisah agung di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang beriman itu simpel. Ketika kita dipertemukan dengan orang yang pernah menolak kita, maka itu tidak perlu menjadi materi kebencian sepanjang hidup kita. Terkadang ketika kita ditolak jodohnya, maka bersabar. Tidak lama setelah Abu Darda menikah dengan Ummu Darda, maka akhirnya Salman mendapatkan jodohnya. Beliau diundang oleh sebuah kabilah yang terkenal (Kabilah Kindah). Ketua kabilah itu mengundang karena ingin mendapatkan keberkahan dari Salman. Saat datang ke sana Salman mendapatkan penghormatan yang luar biasa. Setelah menginap beberapa hari Ketua Kabilah itu menyatakan bahwa mereka punya seorang gadis cantik yang tidak ada laki-laki lain yang sepadan dengan Salman di kabilah tersebut, dan mereka ingin menikahkan gadis tersebut dengan Salman. Akhirnya Salman menikah dengan gadis itu dan mendapatkan 3 orang anak. Allah memberikan yang terbaik untuk kita. Bisa jadi orang yang dihindarkan dari kita, berarti memang tidak cocok dengan kebaikan hidup kita di masa depan.
12.Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Kalau kita suka dengan seseorang, maka cukuplah mengukir namanya di atas air. Supaya ketika kita tidak berjodoh dengannya, maka kita akan mendapatkan yang lebih baik. Jangan mengukir nama seorang laki-laki atau seorang wanita yang belum halal bagi kita di atas batu. Karena akan membuat kita berat untuk melupakan namanya. Sabar saja di ruang tunggu. Rasa cinta itu miliknya Allah. Apa yang Allah atur buat diri kita itu lebih baik daripada kita mengatur diri kita sendiri. Karena kita ini lemah dalam mengatur diri sendiri. Mudah bagi Allah untuk mengatur jodoh kita. Orang yang hari ini belum berjodoh dengan kita, itu karena dia punya orang lain yang cocok dengan dirinya. Kita juga akan berjodoh dengan orang baik yang cocok dengan diri kita. Apa yang Allah luputkan dari kita, itu karena tidak cocok dengan kita. Kalau kita tetap ridha dengan Allah, menjalankan ketaatan, dan selalu mengevaluasi diri (muhasabah), maka kita pasti dipertemukan dengan jodoh yang baik, tepat, dan cocok untuk diri kita.
13.Saat menjemput jodoh, cinta bukan yang utama. Orang yang menikah dengan cara yang syar’i (melalui proses taaruf), maka harus memahami beberapa hal. Pertama, tidak harus cinta dulu sebelum menikah. Cinta inilah yang menjadi alasan orang yang ingin pacaran dulu sebelum menikah. Ia merasa pernikahan itu harus mendapatkan cinta yang diperoleh dari proses pacaran yang begitu lama. Ini adalah hal yang salah. Ketika kita akan menikah, yang terpenting adalah adanya sebuah dorongan dan kemantapan hati untuk menikah dengan orang itu. Lalu cinta akan bertumbuh setelah kita mengadakan pernikahan yang disaksikan oleh Allah. Maka Allah lah yang akan menumbuhkan rasa cinta di dalam hati kita setelah kita menikah. Sebelum pernikahan itu tidak bisa disebut cinta. Karena sesungguhnya itu hanya dorongan yang terkadang berbalut syahwat dan hawa nafsu, kalau kita tidak hati-hati. Ada orang yang karena melihat proses taaruf yang singkat atau cepat, sehingga ia merasa tidak cocok dengan taaruf, karena belum merasa kenal. Akhirnya ia merasa ragu untuk menikah. Hal ini harus kita luruskan. Ini yang harus kita pahami bahwa tidak setiap pernikahan harus berlandaskan cinta terlebih dahulu. Dimana letaknya ibadah kalau seperti itu? Dimana letaknya kehormatan untuk merawat keluarga kita? Tidak semua pernikahan harus diawali dengan cinta. Hal yang harus kita pahami, setelah kita menikah maka cinta akan Allah tumbuhkan.
14.Apa hebatnya cinta yang ditumbuhkan oleh Allah dan bukan dari hawa nafsu? Cinta yang ditumbuhkan oleh hawa nafsu pasti akan berkurang karena kekecewaan. Kasih sayangnya akan menipis ketika kita mendapatkan ketidaksempurnaan. Tetapi cinta yang ditumbuhkan oleh Allah itu diberikan setelah ia menikah. Hal ini terdapat dalam Surat Ar-Rum ayat 21.
15.Surat Ar-Rum ayat 21: Wa min aayaatihii an khalaqa lakum min anfusikum azwaaal litaskunuu ilaihaa wa ja'ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fii żaalika la`aayaatil liqaumiy yatafakkarụn. Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
16.Dalam Surat Ar-Rum ayat 21 itu dijelaskan bahwa Allah menciptakan pasangan dari jenis kita sendiri. Allah mensyariatkan kita untuk menikah agar merasa tenang. Makanya banyak orang yang belum menikah itu sering merasa gelisah dan kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan dalam menikah. Di pertengahan ayatnya dijelaskan bahwa Allah lah yang akan memberikan kepada kita mawaddah dan wa rahmah. Apa bedanya mawaddah dengan wa rahmah? Mawaddah itu adalah cinta yang berbalut dengan ketaatan dan memiliki pengaruh (impact) yang sangat besar pada kehidupan seseorang di dalam pernikahan. Karena yang menumbuhkan rasa cintanya itu Allah. Ketika menikah mereka betul-betul menyandarkan niatnya karena Allah. Allah lah yang menentukan cinta itu akan mendatangkan mawaddah diantara mereka. Cinta itu bertumbuh ketika mereka saling melengkapi. Ketika kita menikah karena Allah, maka nanti Allah yang akan mengatur rasa cinta itu. Pada saat rasa kecewa datang, maka Allah yang akan menyembuhkan. Pada saat rasa cintanya berkurang, maka Allah yang akan menambahkan. Saat rasa sayangnya menipis, maka Allah yang akan menebalkan.
17.Kenapa ada pernikahan yang tidak bertahan lama, walaupun kelihatannya dia adalah orang yang romantis? Karena cintanya tumbuh sebelum pernikahan dan dibalut dengan urusan syahwat. Ketika ia sudah mendapatkan yang ia inginkan, maka lambat laun kasih sayangnya akan berkurang dan cintanya menipis. Kenapa orang yang taaruf lebih bisa bertahan dibandingkan mereka yang mengandalkan dan mengumbar cintanya sebelum pernikahan? Karena ada Allah dalam pernikahannya. Allah yang akan menumbuhkan rasa cinta. Cinta yang ditumbuhkan oleh Allah itu lebih dahsyat daripada cinta karena pandangan mata yang berbalut dengan syahwat. Cinta yang tumbuh setelah pernikahan menimbulkan kebaikan dan keberkahan.
18.Taaruf itu seperti kita meraba takdir. Setelah kita sholat istikharah ada kecondongan kepada seseorang. Hal ini sudah cukup untuk menjadikan kita menikah dengannya. Lalu kita serahkan rasa cinta ini kepada Allah. Allah lah yang akan menumbuhkan. Allah yang akan memberikan jaminan. Jaminannya ada di dalam Surat Ar-Rum ayat 21. Allah yang menjadikan diantara mereka mawaddah. Kecondongan hati yang ada, lalu dilanjutkan dengan pernikahan. Walaupun ketika mau menikah masih maju-mundur, tetapi telah ada kecondongan hati. Lalu ia ber-azzam menikah karena Allah. Maka Allah lah nanti yang akan memberikan mawaddah dan wa rahmah. Inilah yang nanti akan membuat keluarga itu berada di dalam sebuah kebaikan yang besar.
19.Banyak orang yang menganggap saat menikah itu harus mendapatkan rasa cinta dulu. Kalau klik nya sudah double double baru akan menikah. Kadang-kadang dalam proses meraba takdir (taaruf) klik nya itu cuma sekali. Memang belum tebal karena belum pernah berjumpa dan membersamai hari-harinya. Tapi ketika kita menikah dan terus mendekat kepada Allah, maka rasa cinta kita sebagai suami atau istri akan ditumbuhkan oleh Allah. Sesuatu itu, kalau sudah Allah yang menyertai, maka tidak ada yang akan bisa mengalahkan keagungan-Nya. Kalaupun mereka mengalami turbulence dalam kehidupan pernikahan, ketika menghadapi masalah dan cintanya teruji. Pada saat itulah Allah yang akan memberikan ketenangan dan menebalkan rasa cintanya serta memberikan kasih sayang. Pada saat sudah ada klik walaupun belum cinta, maka lakukan sholat istikarah sehingga lahirlah kemantapan. Lalu berbincanglah dengan orang tua kita. Dari satu klik (kecondongan hati) itu, serahkan pada Allah, lalu menikah. Nanti Allah yang akan mengatur agar gelombang cinta itu akan datang secara bertahap. Semakin lama gelombang cintanya, semakin tinggi dan memancar. Jadi tidak perlu cinta dulu sebelum menikah. Karena cinta yang tumbuh sebelum menikah itu justru membuat kita khawatir bahwa itu adalah dorongan syahwat. Biarkan cinta itu tumbuh setelah kita menikah.
20.Berlindunglah dari cinta buta. Hati kita itu lemah dan lebih rapuh dari gelas kaca ketika terbentur lantai. Oleh karena itu kita harus selalu mewaspadai cinta buta (love is blind). Anak muda sangat rentan terkena penyakit cinta buta. Cinta buta itu bisa diibaratkan seperti babi yang kalau berjalan dia bisa menabrak apa saja. Dia juga tidak peduli dengan apapun yang ditabrak. Akhirnya hanya akan menghasilkan kerusakan bagi obyek yang ditabrak. Ini sama dengan cinta buta. Kapan seseorang akan terkena penyakit cinta buta? Kita harus tahu dulu pemicunya, sehingga kita bisa menghindari pemicu-pemicu yang bisa menyebabkan seseorang terkena cinta buta.
21.Penyebab pertama dari cinta buta adalah ketika hati kurang terkoneksi dan terhubung dengan Allah. Akhirnya ia jadi memuja benda, harta, manusia (materialisme). Memuja ini lebih parah dari sekedar memberi rasa. Ketika hati terlalu rapuh dan lemah, maka ia akan mudah tersengat cinta buta. Nama orang yang sudah kita masukkan ke dalam hati, maka proses untuk mengeluarkannya terkadang dapat memakan waktu di sepanjang kehidupan. Hati-hati dengan hati yang lemah. Kalau hati tidak kita proteksi sebagaimana benteng yang memiliki gerbang yang kuat, maka apalah artinya benteng kalau pintunya terlalu lemah? Kita membuat benteng itu supaya tidak mudah kemasukan atau kena infiltrasi dari orang yang berniat jahat. Itulah fungsinya benteng. Tetapi kalau benteng itu adalah hati kita dan kita biarkan pintunya rapuh, maka apapun bisa memporak-porandakan hati kita. Akhirnya kita bisa mendapatkan kejadian-kejadian yang tidak terduga.
22.Orang yang cinta buta tidak akan peduli dengan nasihat apapun yang disampaikan kepadanya. Contoh: Dulu ada seorang ulama besar bernama Abdullah Al-Qasimi yang menjadi murtad (ateis) hanya karena terkena cinta buta kepada seorang wanita dari Beirut. Imam Qurthubi juga mengisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang biasa mengumandangkan azan, lalu ia tertarik kepada seorang wanita yang ia lihat saat berada di bawah bukit, ketika ia sedang mengumandangkan azan dari atas bukit. Dia ingin menjadikan wanita itu sebagai istrinya. Mahar dari wanita itu adalah dia harus murtad dari Agama Islam. Akhirnya dia murtad dari Agama Islam dan melamar wanita itu. Tragisnya dia mati di hari pertama pernikahan. Ia terjatuh dari loteng saat ingin memperbaiki atap rumahnya. Ada seorang laki-laki yang bernama Abdurrahman bin Muljam. Ia jatuh hati kepada seorang wanita bernama Qatham. Wanita ini mau menerima pinangan dari seorang laki-laki yang bisa membunuh Ali bin Abi Thalib RA. Kisah-kisah ini memberi kepada kita sebuah arti bahwa kita tidak hanya berlindung dari kemiskinan, kebodohan, dan kemunafikan. Tetapi kita juga senantiasa berlindung dari penyakit cinta buta. Karena ketika cinta itu buta, maka akan lebih parah daripada babi buta yang menabrak apapun. Akhirnya kualitas kehidupannya jadi berantakan ketika hatinya sudah dikuasai oleh penyakit yang menjadikan seluruh anggota badannya dan hatinya terpenjara. Dia hanya memikirkan yang ia puja. Ia akan menjadi lemah ketika harus melakukan aktivitas jauh dari orang yang dipuja.
23.Penyebab kedua dari cinta buta adalah karena mengumbar pandangannya. Contoh: Liat foto atau video di Instagram lalu hatinya tertambat dan ia jadi bisa mengorbankan apapun. Cinta buta bisa terkena pada orang yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Kalau sudah menikah, maka yang menjadi tumbalnya adalah pasangan dan anak-anaknya. Sekarang ini banyak orang yang sudah menikah, lalu melakukan selingkuh dan mengorbankan keluarganya. Ia tidak lagi peduli dengan tangisan anaknya. Kenapa? Karena cinta itu dapat memandulkan empati. Cinta buta bagi orang yang sudah menikah itu akibatnya lebih parah daripada orang yang belum menikah. Bagi yang belum menikah, maka kerusakannya hanya menimpa dirinya. Tetapi ketika cinta buta itu dirasakan oleh orang yang sudah punya keluarga, maka dampaknya bukan hanya kepada dirinya, tetapi juga keluarganya akan hancur.
24.Penyebab ketiga dari cinta buta adalah karena dia tidak punya sebuah target yang besar (goals) pada hidupnya. Akhirnya ia terperosok kepada urusan cinta yang menghamba kepada syahwat. Ia seperti manusia yang tidak ada ruh nya (seperti mayat hidup). Ia bertuhankan kepada syahwatnya. Orang yang punya goals besar dalam hidupnya akan membuat ia fokus kepada goals nya dan ini bisa menyelamatkan dia dari penyakit-penyakit seperti cinta buta. Orang yang tidak punya target besar akan disibukkan pada perkara-perkara yang remeh. Imam Ibnu Qayyim berkata, “Kalau kamu tidak disibukkan dengan ketaatan, maka kamu akan disibukkan dengan dosa.“ Makanya goals itu penting. Apa yang ingin kita hasilkan pada kehidupan kita? orang yang tidak punya target untuk sampai di puncak gunung, maka dia akan berhenti di tengah perjalanan, karena memang dia tidak punya target sampai di puncak gunung.
25.Hidup tak sekedar cinta. Dalam kehidupan kita sebagai anak muda, tidak harus selalu membicarakan masalah cinta. Kalau orang selalu mendengar lagu atau menonton film tentang cinta, maka ia hanya berada dalam masalah cinta. Padahal hidup itu tidak selalu dari perspektif rasa cinta. Prioritas hidup kita itu simpel dan sederhana. Jalani yang Allah perintahkan, tinggalkan yang Allah larang, dan berusaha mendapatkan cinta serta ridha dari Allah. Ada masalah lain yang lebih penting dari sekedar cinta. Contoh: Uwais al Qarni yang merawat ibunya yang sakit. Puncak dari kehidupan manusia bukan cinta. Cinta itu hanya bumbu penyedap dari tujuan kita untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang usianya diatas 30 tahun, tapi masih belum mendapatkan jodoh, bukan berarti Allah benci dengan dia. Tapi bisa saja Allah ingin agar dia menempuh jalan hidupnya Maryam bintu Imran yang tidak mendapatkan jodohnya sampai beliau wafat. Padahal beliau adalah wanita yang sangat dicintai oleh Allah.
26.Pada saat Allah memberikan sebuah ujian dalam pernikahan, sehingga hilang rasa cinta kepada pasangan, mungkin karena Allah ingin agar dia mendekat kepada Allah dan meletakkan cintanya hanya kepada Allah. Agar tidak ada dampak buruk saat dia terlalu mencintai seseorang lebih besar dari cintanya kepada Allah. Intinya tidak semuanya adalah masalah cinta. Ada hal-hal yang lain yang juga indah dalam kehidupan kita. Contoh: Perjuangan, pengorbanan, ketulusan, khidmat kepada orang tua, ketulusan. Jangan sampai itu semua jadi hilang hanya karena masalah cinta.
Tentang Hati yang Harus Dijaga
Tentang Hati yang Harus Dijaga | Me & My Half Dien - Day 3
Pengajian : Ustadz Oemar Mita
Tanggal 16-12-23
Sumber: Mosfeed Premium
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
1. Meluruskan niat. Dorongan kita untuk menikah yang pertama itu bukan karena rasa cinta, tetapi pernikahan itu adalah ibadah yang kita berikan kepada Allah. Terkadang Allah memberikan ujian dalam pernikahan kita. Menikah karena hal ini merupakan ibadah kita kepada Allah, saat ini sudah mulai luntur. Hal ini karena masalah fisik dan materi adalah yang lebih menjadi pertimbangan bagi sebagian orang ketika akan menikah. Orang yang menikah karena paras, maka dia akan dihinakan dengan apa yang dia inginkan. Orang yang menikah karena harta, maka dia akan disiksa dengan kekurangan yang tidak ada ujungnya. Syarat pertama dari pernikahan adalah untuk mendapatkan keridhaan dari Allah. Inilah energi terbesar pada kehidupan kedua insan dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Sang suami mengharapkan pahala di sisi Allah, demikian juga sang istri ingin mendapatkan pahala di sisi Allah.
2. Apa dampaknya kalau kita betul-betul mencintai seseorang di dalam pernikahan itu semata-mata untuk mencari keridhaan Allah? Yang pertama pada saat ia mencari pasangan, maka kriterianya adalah yang Allah ridhai. Orang yang bukan menikah karena Allah, maka caranya adalah melalui pacaran. Walimah yang ia pilih akan menggunakan konsep Barat yang tidak mencerminkan syariat Islam. Kriteria dalam memilih pasangan bukan yang sudah ditetapkan oleh Allah tetapi berdasarkan syahwat. Mungkin karena ia terkenal, kaya raya, dan memiliki perusahaan. Kalau menikah bukan karena Allah, maka semua pertimbangan, jalan, metode, yang berkaitan dengan pernikahannya tidak diprioritaskan kepada Allah. Tetapi mendahulukan yang dia inginkan dan konsep yang ia mau, tanpa melihat syariat yang ditetapkan oleh Allah. Orang yang menikah karena Allah, maka standarnya adalah yang Allah ridhai. Contoh: Menikahi seorang wanita karena ia memiliki hafalan Al-Qur’an yang sangat banyak, walaupun secara fisik mungkin agak kurang. Tetapi karena ada kebaikan dari wanita itu yang merupakan standar akhirat.
3. Kedua, orang yang menikah karena Allah, maka ia akan mudah untuk menerima nasihat dari Allah dan Rasul-Nya di dalam pernikahan mereka. Kenapa dia mudah menerima nasihat yang datang dari Allah dan Rasul-Nya? Karena niatnya menikah itu memang karena Allah, sehingga apapun yang datang dari Allah dan Rasul-Nya akan diterima. Pada saat ada kesalahan dalam biduk rumah tangga mereka, maka mereka akan gampang untuk menerima nasihat. Ada nasihat bagus dari seorang mediator kepada sepasang suami istri yang sudah mendekati proses perceraian. Mediator itu mengutip salah satu ayat dari Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah ayat 237), “Jangan kamu melupakan keutamaan diantara kamu.“ Sepasang suami istri itu kemudian mengulang-ulang nasihat dari mediator itu selama 3 hari. Setelah 3 hari, maka mereka bertemu lagi dengan mediatornya. Akhirnya sepasang suami istri itu mengurungkan niatnya untuk bercerai, karena ingat keistimewaan dan kebaikan dari pasangannya yang mereka lupakan pada saat bertengkar. Pasangan yang menikah karena Allah, maka pada saat ada masalah mereka akan mencari solusi dan bukan mengumbar masalahnya di media sosial. Mereka akan bertanya kepada orang yang sholeh, yang lebih taat dan lebih tua dari mereka untuk membantu mereka melihat solusi yang tidak mereka lihat.
4. Ketiga, orang yang menikah karena Allah, pada saat mereka terluka dan mengalami kekecewaan, maka luka itu akan cepat pulih. Kenapa? Karena dia tahu bahwa dalam pernikahan itu tidak memburu kepuasan. Dalam pernikahan kita pasti akan pernah mengalami kekecewaan dan hati yang terluka. Mereka tahu dalam pernikahan itu memang tidak menjamin akan mendapatkan kebahagiaan setiap saat. Mereka menikah karena ingin mendapatkan pahala, bukan kerena ingin mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan. Ini yang akan menjadi bahan evaluasi saat terjadi gesekan di dalam rumah tangganya.
5. Keempat, orang yang menikah karena Allah, maka apapun turbulance yang ada dalam kehidupan mereka segera mendapat pertolongan dari Allah. Dengan tiba-tiba Allah jadikan si istri lebih bersabar. Si suami akhirnya bertobat kepada Allah. Dengan 1001 cara yang Allah miliki untuk menjadikan hati mereka bertaut dan mencintai kembali. Walaupun sebelumnya mereka terbakar dengan rasa benci yang ada pada jiwa mereka. Ketika mereka mendapati masalah yang membesar, Allah yang akan memberikan mereka pertolongan. Ketika Allah berikan pertolongan, maka dengan mudahnya masalah itu dilalui. Akhirnya kehidupan mereka kembali normal. Menikah karena cinta itu tidak salah, tapi jangan ditempatkan di nomor 1. Nomor 1 nya itu tetap karena Allah. Menikah karena Allah itu seperti kita mengisi bahan bakar mobil 3000 CC dengan bahan bakar yang tepat. Mobil akan melaju dengan kencang. Mesin mobil juga bersih.
6. Mengosongkan hati dan mengukur kebutuhan. Pernikahan itu sejatinya harus memberikan akurasi yang tepat. Kita mendapatkan jodoh sesuai dengan kebutuhan (hajat) kita, selain dari niat di poin yang pertama tadi. Pernikahan itu adalah bentuk ibadah kita kepada Allah dan untuk mendapatkan pahala dari sisi Allah. Pernikahan itu bukan hanya masalah cinta dan rasa, tetapi mengukur dengan akurasi yang tepat. Bahwasanya orang yang kita nikahi sesuai dengan kebutuhan kita dalam menjalani kehidupan. Jabir bin Abdullah RA adalah salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah ﷺ. Beliau bisa memilih istrinya dari kalangan gadis, karena keilmuan dan kedekatan beliau dengan Rasulullah ﷺ. Mudah baginya untuk mendapatkan gadis yang beliau inginkan. Tapi Jabir mengukur kebutuhannya. Ia memiliki beban yang banyak. Kalau dia memaksakan diri untuk menikah dengan seorang gadis. Dia khawatir adik-adiknya belum terbiasa untuk menerima wanita yang seusia dengan mereka. Si wanita juga akan berat kalau baru menikah sudah menerima beban adik-adik yang terlalu banyak. Itulah yang menjadi alasan Jabir memilih seorang janda.
7. Kenapa istri pertama Rasulullah ﷺ adalah seorang janda yang usianya lebih tua dari usia Rasulullah ﷺ? Saudagar kaya raya itu bernama Khadijah RA. Yang menjadi pertanyaan kita, kenapa Rasulullah ﷺ tidak dinikahkan dengan gadis yang kaya raya? Allah mengatur pernikahan Rasulullah ﷺ bukan sekedar yang menjadi kemauan Rasulullah ﷺ. Hal ini memberi pelajaran kepada kita. Allah mengatur dengan akurasi yang tepat. Bahwasanya kebutuhan Nabi Muhammad ﷺ itu besar, ketika beliau akan dipilih menjadi seorang Nabi dan Rasul. Beliau mendapatkan rezeki berupa kecintaannya kepada Khadijah RA. Hal ini sangat dibanggakan oleh Rasulullah ﷺ. Khadijah RA itu tepat menikah dengan Rasulullah ﷺ, karena sesuai dengan kebutuhan Rasulullah ﷺ. Dakwahnya Rasulullah ﷺ yang membutuhkan banyak dukungan finansial dapat di back up oleh Khadijah RA. Khadijah RA juga memiliki kedewasaan yang membuat dia dapat mendidik anaknya dengan baik. Hal inilah yang dibutuhkan oleh Rasulullah ﷺ ketika beliau melewati masa-masa berat ketika dihantam dengan berbagai macam ujian. Karakter Khadijah RA itu benar-benar tepat untuk mendampingi Rasulullah ﷺ. Akhirnya mudah bagi Khadijah RA untuk membenarkan setiap berita yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ. Interaksinya dengan pendeta Buhaira membuat beliau tahu bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah laki-laki yang diutus oleh Allah. Inilah pernikahan yang diukur berdasarkan kebutuhan.
8. Pernikahan jangan sampai hanya suka cita di media sosial. Contoh: Menikah dengan selebgram atau orang yang terkenal. Tetapi tidak kita sesuaikan dengan akurasi kebutuhan kita. Akhirnya terjadi gesekan yang bisa membakar apapun. Sebagaimana rumput yang kering, hanya mendapatkan kibasan angin pun bisa terbakar karena gesekan satu rumput dengan rumput yang lainnya. Jadi jangan sampai mata kita sudah dibutakan dengan keinginan. Kita harus berlindung dari cinta buta yang menjadikan kita tidak logis dan menolak semua nasihat. Kalau kita ingin menikah, maka lihat kurikulum kita ke depan itu mau kemana. Maka carilah pasangan yang sesuai dengan kurikulum kita ke depan. Yang bisa mem-back up kita. Bukan hanya semata-mata perayaan suka cita atas cinta yang bersatu. Tapi ada sebuah akurasi dari kebutuhan yang kita hadirkan dengan orang yang tepat untuk menemani kita menyelesaikan tugas dan amanah dalam kehidupan kita.
9. Kisah Salahudin Al Ayyubi. Ayahnya, Najmuddin Al Ayyubi yang sudah siap menikah, mendapat banyak tawaran gadis-gadis pilihan dari keluarga kerajaan. Salah satunya putri dari Malik Syah. Tapi beliau tidak ada hajat untuk menerima pinangan Malik Syah, walaupun secara urusan dunia dan syahwat semua itu ada untuk menjatuhkan pilihan kepada anak Malik Syah. Tapi Najmuddin Al Ayyubi tidak mau. Akhirnya Najmuddin mengukur kebutuhannya. Dia sedang gelisah memandang Baitul Maqdis yang belum kembali ke pangkuan kaum muslimin. Najmuddin ingin menikah dengan wanita yang mempunyai cita-cita yang sama dengannya, yaitu membebaskan Baitul Maqdis. Najmuddin kemudian ingin belajar kepada seorang Syeikh. Ternyata Syeikh itu sedang berbicara dengan seorang wanita yang selalu menolak pinangan dari banyak laki-laki, karena para laki-laki itu tidak mempunyai cita-cita yang sama dengannya. Wanita itu ingin dapat berperan dalam pembebasan Baitul Maqdis. Mendengar hal ini Najmuddin segera melamar wanita tersebut. Akhirnya lahirlah seorang anak yang bernama Salahuddin Al Ayyubi yang membebaskan Baitul Maqdis. Menikah itu berdasarkan kebutuhan. Kalau kita ingin anak kita suatu hari nanti bisa membebaskan Baitul Maqdis, maka carilah seorang wanita yang juga memiliki kecintaan kepada Baitul Maqdis.
10.Sholat Istikharah itu adalah sholat 2 rakaat yang bukan sholat wajib. Tujuannya untuk mengetuk dan membuka pintu langit, meminta jawaban kepada Allah, supaya kita mendapatkan keyakinan atas sebuah pilihan yang kita miliki. Tujuannya supaya pilihan kita berkesesuaian dengan pilihan yang datang dari Allah. Agar kita tidak salah jalan. Sholat Istikharah ini merupakan hal besar. Menurut Ustadz Oemar Mita ini adalah bagian dari karunia Allah. Betapa besarnya pertolongan Allah kepada orang yang beriman. Sehingga ketika ada orang beriman yang merasa bodoh dan bingung dengan pilihannya, maka Allah menurunkan sebuah syariat yang bernama Sholat Istikharah. Sholat Istikharah itu bukan hanya untuk membantu orang yang ingin menikah, tetapi dapat digunakan ketika kita menghadapi beberapa pilihan yang berbeda dan beragam, maka kita bisa menunaikan Sholat Istikharah. Contoh: Mau beli mobil. Menentukan bulan yang tepat untuk pergi umrah. Maka kita bisa mengerjakan Sholat Istikharah. Tetapi memang persepsi masyarakat kita sudah terlanjur salah. Sholat Istikharah hanya dipakai untuk pernikahan. Memang betul bisa dipakai untuk pernikahan, tetapi bukan hanya untuk pernikahan itu. Sholat Istikharah bisa dipakai ketika kita akan menikah dan di setiap perkara yang membuat kita bingung untuk menjatuhkan pilihan.
11.Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalau kalian memiliki suatu keinginan dan merasa bimbang dengan pilihan itu, maka hendaklah kalian sholat 2 rakaat yang bukan sholat wajib (mengerjakan Sholat Istikharah). Sholat Istikharah ini dapat memberikan jawaban. Bagaimana cara memastikan jawaban dari Sholat Istikharah? Sebagian besar masyarakat kita mengartikan jawaban dari Sholat Istikharah itu lewat mimpi. Memang ada yang lewat mimpi. Tetapi mimpi itu bukan satu-satunya jawaban dalam Sholat Istikharah.
12.Mengenali jawaban hati sebelum menjatuhkan pilihan. Kadang-kadang ada pernikahan yang melalui jawaban dari mimpi. Tetapi tidak banyak jawaban Sholat Istikharah itu lewat mimpi. Kalau kita bimbang saat ingin melangkah dalam sebuah pernikahan, lalu di dalam pernikahan itu kita merasa bimbang apakah ingin melanjutkan atau berhenti, maka setidaknya ada 3 kondisi menurut Syeikh Al 'Utsaimin. Pertama, kalau kita dicondongkan hatinya untuk terus maju, dan Allah mudahkan dalam setiap urusan ke depannya, maka itu merupakan tanda dari Allah bahwasanya perkara itulah yang baik untuk kita. Dijadikan hati kita condong dan keyakinannya bertambah. Lalu dimudahkan semua perkara-perkara kita dalam menikahinya. Kedua, pada saat akan menikah kita menghadapi banyak turbulensi masalah yang timbul. Setiap selesai satu masalah, maka timbul masalah yang baru. Itu adalah tanda dari Allah agar kita berhenti dari setiap masalah yang timbul dan jangan diteruskan. Ketiga, bisa jadi pada saat seseorang melakukan Sholat Istikharah, ia diliputi keraguan. Tapi dia tidak mendapatkan kesulitan. Kalau kondisi yang ketiga ini agak susah. Dia agak ragu, tapi perjalanannya baik-baik saja. Syeikh Al 'Utsaimin menyarankan agar dia tetap melanjutkan perjalanannya, sembari meminta bantuan dan pertolongan dari Allah. Sholat Istikharah itu adalah syariat fikih yang wajib diketahui oleh setiap anak muda. Supaya ketika kita menikah itu betul-betul menyertakan jawaban Allah dalam setiap langkah yang dipilih. Bisa jadi ada orang yang menikah, lalu ia diliputi oleh banyak masalah. Mungkin karena dia tidak melakukan Sholat Istikharah. Bisa juga dia sudah mengerjakan Sholat Istikharah dan Allah juga sudah memberikan banyak tanda atau sinyal berupa banyaknya ujian. Akhirnya pernikahannya tidak berujung dengan kebaikan.
13.Hati sebagai perangkat untuk memisahkan cinta dan nafsu. Jangan sampai syahwat itu menguasai pilihan hati kita. Lalu akhirnya menyebabkan tragedi dan penyesalan dalam hidup kita nanti. Orang yang menikah karena cantik dan ketampanan biasanya nanti akan diuji dengan kehinaan. Orang yang menikah karena harta itu biasanya akan diuji dengan kekurangan. Maka penting dalam proses menuju pernikahan, kita harus mengkondisikan hati kita. Hati harus dapat berfungsi untuk memisahkan syahwat agar tidak mendominasi pilihan. Jangan sampai syahwat menjadi raksasa yang mendominasi pikiran kita, sampai kita tidak bisa berpikir secara bijak saat ingin menentukan pilihan. Kalau syahwat sudah menutupi mata, maka dia tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar dan mana yang salah.
14.Imam Ahmad bin Hanbal tampil untuk memberikan contoh yang terbaik. Beliau benar-benar mengontrol hatinya. Wanita yang dia pilih sebagai istri justru yang tidak disukai oleh hawa nafsunya. Akhirnya pilihan itulah yang memberikan keberkahan kepada Imam Ahmad. Wanita yang dipilih oleh Imam Ahmad akhirnya melahirkan seorang anak yang bernama Abdullah. Istrinya benar-benar mendidik anak itu dengan sangat luar biasa sampai Abdullah pun menjadi ulama. Walaupun tidak seterkenal Imam Ahmad, karena potensi ilmunya tidak sebesar Imam Ahmad. Tetapi Abdullah itu termasuk ulama yang dikenal dalam Mazhab Hambali.
15.Ketika syahwat itu mendominasi maka seseorang akan menjatuhkan pilihan berdasarkan kriteria-kriteria duniawi yang tidak ada habisnya. Kalau kita memilih pasangan berdasarkan cantiknya, maka akan ada wanita yang lebih cantik dari istri kita. Kalau hanya memilih tampan semata, maka kita pasti akan kecewa, karena ada banyak orang yang lebih tampan dari suami kita hari ini. Hari ini kita hidup di zaman fitnah, ketika fisik itu mendominasi. Sampai ada sindiran di sosial media bahwa orang yang good looking itu akan mendapatkan privilege khusus. Karena sekarang ini seolah-olah kita menghambakan diri kepada urusan fisik yang rupawan. Maka pastikan saat kita berdoa kepada Allah agar pilihan kita itu bukan berdasarkan syahwat. Syahwat itu tetap diperlukan nanti dalam pernikahan, akan tetapi pada saat kita memilih pasangan itu karena adanya ketakwaan, kebaikan, kebutuhan, dan menyelesaikan amanah-amanah atau meraih goals dalam kehidupan kita. Kalau kriteria agama dan ketakwaan yang dijadikan standar dalam menjatuhkan pilihan pasangan hidup, maka itu akan selalu mendatangkan keberkahan dan hal-hal yang tidak terduga, dibandingkan dengan orang yang menikah karena urusan fisik dan finansial.
16.Manajemen hati terhadap rasa takut pada pernikahan. Pada saat menunggu momen akan menikah, dimana hari pernikahan sudah ditetapkan, pihak keluarga juga sudah sepakat, maka banyak orang merasakan keraguan yang luar biasa. Lalu hatinya jadi menderita dan ia merasa tersiksa ketika waktu terus berjalan. Kebimbangan demi kebimbangan saat seseorang sudah menetapkan target hari pernikahan. Ada sisi di hatinya yang menganjurkan agar dibatalkan saja pernikahannya. Pada saat khitbah sudah dilakukan, tanggal sudah ditentukan, maka kalau ada perkara yang membuat kita ragu itu didominasi oleh setan yang masuk ke hati kita untuk mengacaukan semua yang sudah kita lewati dalam proses pernikahan. Setan itu bernama Qorin. Ia selalu membuat perasaan kita was-was dan ada keraguan di hati kita pada saat kita akan melakukan ketaatan. Setan Qorin inilah yang membuat memori kita terbang kemana-mana dan kita mudah termakan hasutannya. Tanpa kita sadari kita telah masuk perangkapnya. Kita makan satu per satu umpan yang dia berikan. Sampai akhirnya banyak orang yang sudah tinggal menikah, lalu tiba-tiba membatalkan pernikahannya tanpa alasan yang jelas. Kecuali memang ada alasan yang syar’i yang dapat dimaklumi. Tapi kalau alasan yang dipilih itu bukan alasan yang syar’i, maka itu jelas salah.
17.Apa upaya yang dapat dilakukan tatkala dilanda keraguan pada detik-detik akhir menuju pernikahan? Yang pertama, menyadari bahwa hal ini bisa saja disebabkan oleh Qorin yang berusaha menghalangi kita dari syariat agung yang bernama pernikahan. Ketika kita sudah menyadari hal ini, maka langkah kedua adalah mendekat dan berdoa kepada Allah untuk mengalahkan pengaruh Qorin dalam diri kita. Minta Allah untuk membuat Qarin ini agar tidak lagi menganggu kita. Langkah yang ketiga, yakin kepada Allah (husnuzan), karena pengaruh setan itu akan datang kepada mereka yang hatinya masih galau. Saat kita mengalami keraguan, maka setan akan mengatakan agar kita tidak memilih dia, karena dia bukan orang yang terbaik. Tidak sedikit orang yang merasa menyesal ketika dia kembali ke mantan nya saat sudah mau menikah. Ternyata mantan nya lebih buruk dari orang yang akan dia nikahi. Pada saat kita sudah mengucapkan ijab Kabul, maka Qorin nya langsung hilang.
18.Imam Ibnu Qayyim berkata, “Kalau kamu ketemu dengan anjing galak, maka jangan melawan anjing galak itu, karena kamu akan terluka atau tergigit (bahkan bisa terkena rabies). Tetapi kalau kamu ketemu anjing yang menghalangi kamu dalam perjalanan di satu jalan, maka mintalah pemilik anjing itu untuk mengambil anjingnya dan memasukkan anjing itu ke pekarangan rumahnya. Sehingga anjing itu tidak mengganggu kamu ketika berjalan di depan rumah.“
6 Agu 2023
Tentang hati yang ridho
Kisah 1;
"Allah aku adalah seorang musafir tanpa ayah dan ibu, seorang yatim piatu, dan budak, aku telah terjatuh dan terluka, meskipun demikian aku tidak bersedih hati oleh kejadian ini, hanya aku ingin sekali ridhoMu.." Rabiatul adawiyah
Kisah 2 bercerita tentang seorang ulama yang jatuh dan mengalami luka, tetapi beliau tetap bersyukur dengan mengucapkan "Alhamdulillah" karena beliau tahu bahwa selama Allah ridho dan tidak marah, dan Allah mengampuni dosa-dosanya, maka dia akan menerimanya dengan lapang dada.
Kisah 3 menceritakan pengalaman Rasulullah di kota Thaif, di mana beliau SAW dihadapkan pada banyak kesulitan dan penolakan dari penduduk kota tersebut. Meskipun mengalami kesulitan, Rasulullah tetap tabah dan bersabar karena beliau SAW tahu bahwa segala yang beliau SAW alami akan menjadi sebab untuk diridhoi oleh Allah.
Bahwa Apapun masalah hidup, sejatinya bukan masalah
Masalah sejati adalah apakah Allah ridho atau tidak
2 Agu 2023
The women and her feeling
Dear Diary,
Today, I find myself grappling
with the constant battle of worries and anxieties that seem to overwhelm me at
every step. Despite trying to convince myself that things will be okay, the
worries persist and fight for attention within me. It's an ongoing struggle,
and I still worry about so many things.
When worries appear in my life, I
attempt to learn how to let them go and not let them consume me entirely. I
remind myself that no human is perfect and immune to mistakes or sins. I try my
best to do what I can and put in my utmost effort, even if others don't fully
understand my struggles or efforts. It can be disheartening when others view me
with a lack of appreciation, but I understand that it's a human tendency, and I
need to accept that.
Hi, me, it's okay to be human.
Only you truly know the extent of your efforts and how much you try your best.
Remember, as long as you have your faith and trust in God, everything will be
okay. Do your best, and leave the rest to your God.
Me, the more you learn and rely
on Allah, the more you'll find peace and calm within yourself. Trust in the
process and have faith that things will work out in the end.
31 Jul 2023
Forgive to Forget
Forgive to Forget (Bagian 1)
Pengajian: Ustadz Hafidz Abdurrahman, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Weemar Aditya
Tanggal: 11-06-2023
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=AeJLCSjs7HM&t=1816s
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
1. Forgive to forget. Kalau kita tidak mamaafkan, maka tidak bisa melupakan, karena masih punya dendam. Kalau kita tidak pernah bisa memaafkan seseorang, maka kita tidak akan bisa melupakan hal-hal buruk yang negatif. Banyak orang yang mengatakan, “Dia minta maaf, lalu gue maafin gitu?” Padahal kalau kita tidak memaafkan, yang rugi itu kita, karena ada dendam yang tersimpan. Ternyata di dalam forgive dan forget itu ada give dan get. Kalau kita mau mendapatkan, maka kita harus memberi dulu, dimana ada keikhlasan disitu. Inti daripada forgive dan forget itu adalah keikhlasan. Kalau orang yang bilang sudah forgive tapi belum forget, sebenarnya dia belum forgive. Karena kalau dia benar sudah forgive, harusnya sudah selesai.
2. Surat As-Saffat ayat 102: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
3. Asal muasal kurban sejarahnya adalah dari Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS. Dalam Surat As-Saffat ayat 102, ada dialog antara Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS dimana ada kata balaga. Oleh para ulama diterjemahkan dengan telah sampai langkah, ikhtiar, atau usaha. Para mufasir mengatakan bahwa umur Ismail dalam konteks ayat ini kira-kira 13 tahun. Pada saat itu beliau menginjak baligh. Dalam dialog antara Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS disebutkan bahwa ketika Nabi Ibrahim AS membuat keputusan itu tidak diputuskan sendiri. Ini adalah keputusan besar. Dalam ayat di atas, kalimat fanẓur māżā tarā oleh para mufasir diartikan sebagai: coba kamu pikirkan. Bukan melihat dengan mata, tapi coba kamu pikirkan dengan mata mu dan hati mu, bagaimana menurutmu dengan mimpi seperti ini. Jawaban yang menarik dari Nabi Ismail AS menunjukkan walaupun beliau baru berumur 13 tahun, tapi jawabannya luar biasa, “abatif'al mā tu`maru (Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu). Kalimat ini menunjukkan bahwa Nabi Ismail AS itu sadar bahwa mimpi ayahnya itu bukan mimpi biasa. Perintah itu menunjukkan bahwa ini bukan mau ayahnya sendiri. Pada saat itu Nabi Ibrahim AS sendiri sempat ragu apakah ini betul mimpi dari Allah yang merupakan wahyu atau dari setan. Para mufasir menjelaskan bahwa mimpinya itu tanggal 8 Dzulhijah. Peristiwa berikutnya itu tanggal 9 Dzulhijah. Setelah Nabi Ismail AS menjawab, in syā`allāhu minaṣ-ṣābirīn. Kata minaṣ-ṣābirīn ini dipakai oleh Allah ketika menceritakan tentang Nabi Ismail AS. Para mufasir menjelaskan itu menunjukkan mubalaghah. Berbeda dengan dialog Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS. Disana Allah tidak menggunakan kata minaṣ-ṣābirīn tapi ṣābiran. Karena Nabi Musa AS itu sifatnya temperamental, dan saat itu dipaksa harus bersabar. Tetapi dalam kasus Nabi Ismail AS, Allah memilih kata minaṣ-ṣābirīn. Hal ini menunjukkan kedalaman makna yang luar biasa. Engkau akan mendapati aku diantara orang-orang yang bersabar.
4. Berdasarkan tafsir dari Surat As-Saffat ayat 102 di atas Allah ingin menunjukkan bahwa perintah kepada Nabi Ibrahim AS itu setelah proses yang panjang. Dalam Kitab Raudhatul Muhibbin (Kitab Orang-Orang yang Mencinta) dari Ibnu Qayyim, diceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS itu mempunyai istri yang cantiknya luar biasa, bernama Sarah yang kemudian menjadi ibu dari Nabi Ishaq AS. Tetapi beliau lebih mencintai Hajar. Dikisahkan bagaimana Nabi Ibrahim AS itu naik Buraq untuk menjenguk Hajar, saking cintanya. Beliau meminta kepada Allah agar diberikan keturunan dan lalu diberi oleh Allah. Pada saat anaknya sudah mulai dewasa dan bisa diajak untuk bekerja, lagi sayang-sayangnya, ternyata disuruh Allah untuk disembelih. Hanya orang yang bisa merasakan puncak dari kenikmatan, maka dia akan tahu apa yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim AS.
5. Kenikmatan itu ada 3. Yang pertama, disebut dengan kenikmatan jasmani. Contoh: Punya rumah, mobil, bisa makan. Yang kedua, disebut kenikmatan yang sifatnya non-fisik. Contoh: Orang yang menikmati kekuasaan, popularitas, kebanggaan. Kenikmatan yang ketiga adalah kenikmatan ruhani atau kenikmatan cinta. Ini bukan cinta biasa, tapi cinta pada Allah Subhanahu wa ta'ala. Itulah yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim AS ketika diminta oleh Allah untuk menyembelih putranya.
6. Surat Al-Hajj ayat 37: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
7. Dalam Surat Al-Hajj ayat 37 di atas Allah menyampaikan bahwa yang sampai kepada Allah itu bukan darah atau daging dari hewan kurban. Kenapa Allah memberikan gelar Khalilullah (kekasih Allah) kepada Nabi Ibrahim AS? Khalil itu adalah kekasih yang tidak menduakan cintanya. Kekasih yang cintanya itu hanya untuk Allah. Hal ini dibuktikan oleh Nabi Ibrahim AS ketika sedang senang-senangnya, punya putra yang diharapkan, dari wanita yang sangat dicintai, tiba-tiba Allah menyuruh disembelih. Allah tidak ingin Nabi Ibrahim AS itu membagi cintanya dengan yang lain. Karena Nabi Ibrahim AS itu lulus diuji oleh Allah dengan ujian tersebut, maka kemudian ditebus dengan sembelihan yang besar. Ibnu Abbas RA dalam tafsir dari ayat di atas mengatakan bahwa Allah mendatangkan kambingnya Habil (anak dari Nabi Adam AS) yang diterima kurbannya oleh Allah, lalu kurbannya diangkat ke surga. Dalam peristiwa Nabi Ibrahim AS tadi, kambing itulah yang diturunkan oleh Allah untuk mengganti Nabi Ismail AS.
8. Filosofi dibalik peristiwa kurban itu adalah cinta. Seandainya bukan karena cintanya yang begitu luar biasa kepada Allah, maka apakah sanggup Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya? Jawabannya tidak akan sanggup. Kalau Nabi Ibrahim AS hanya bertumpu pada kenikmatan pertama (kenikmatan fisik) dan kenikmatan kedua (kenikmatan non-fisik), maka tidak akan bisa. Puncak dari nikmat itu adalah Mahabbatullah. Ketika seseorang sudah mendapatkan rasa cinta kepada Allah, maka dia akan sanggup untuk mengorbankan apapun. Dan kisah Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS menggambarkan hal itu.
9. Ketika seseorang semakin tinggi maqam atau kedudukannya, maka ujiannya akan semakin berat. Dari 124 ribu nabi dan rasul itu hanya 2 yang mendapatkan gelar sebagai Khalilullah, yaitu Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Muhammad ﷺ. Dari sekian banyak nabi dan rasul, yang ujiannya paling berat, ya kedua rasul ini, Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Muhammad ﷺ. Ini semua kaitannya dengan pembuktian cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
10.Kenapa orang sanggup berkurban? Setelah Sayyidah Khadijah RA wafat, yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ adalah Sayyidah Aisyah RA. Tetapi meskipun begitu, ditengah malam Nabi Muhammad ﷺ meninggalkan Aisyah RA untuk Sholat Tahajud. Hal ini menunjukkan bahwa cintanya Rasulullah ﷺ kepada Allah itu begitu luar biasa. Sampai dalam salah satu riwayat dikisahkan Sayyidah Aisyah RA itu pada suatu malam meraba-raba mencari Rasulullah ﷺ yang sebelumnya ada di sebelahnya. Ternyata Rasulullah ﷺ sedang Sholat Tahajud. Adanya Mahabbahtullah inilah yang menyebabkan kekasih Allah itu sanggup berkurban. Ketika seseorang bertakwa, maka dia akan sanggup untuk memberikan yang terbaik. Jadi tidak ada kata sayang kalau untuk Allah. Itu karena pembuktian cintanya tadi.
11.Buya Hamka setelah ditinggalkan oleh istrinya menambah waktu sholat dan membaca Al-Qur’an nya. Beliau ingin membuktikan kepada Allah bahwa cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada istrinya. Beliau khawatir kesedihannya setelah ditinggal istrinya itu membuat Allah “cemburu”. Jadi beliau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan sebelumnya. Itulah pembuktian cinta beliau kepada Allah.
12.Surat Al-Hajj ayat 36: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.
13.Seorang istri sering menangih bukti cinta dari suaminya. Bagi seorang suami yang baik dan sudah mahabbah kepada istrinya, maka ia tidak perlu ditanya lagi, karena dia pasti akan memberikan. Kalau kata orang Barat, “Your wish is my command.“ Bagi orang yang mencintai, kenikmatan nya itu adalah saat memenuhi permintaan atau saat membuat senang yang dicintai. Hal ini sulit dipahami oleh orang yang masih di tahap berkhayal atau imajiner.
14.Ada tiga macam orang. Yang pertama, mendahulukan dirinya sendiri. Yang kedua, sama-sama, saat kita mendapatkan sesuatu, maka minimal orang lain juga bisa mendapatkan hal yang sama. Yang ketiga, orang yang bisa mendahulukan sahabatnya dari dirinya sendiri, walaupun dia hidupnya susah. Inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah ﷺ. Ini baru orang yang bisa mencapai level pengorbanan.
15.Bagaimana cara agar bisa mencintai orang lain melebihi mencintai diri kita sendiri? Ini semua keluarnya dari iman, ini disebuh ihsan. Mereka mengutamakan orang lain walaupun diri mereka sebenarnya membutuhkan. Hal ini dilakukan karena cintanya kepada saudaranya. Sebenarnya seseorang bisa memberi kepada orang lain itu adalah bagian dari iman. Konteksnya adalah syukur. Ketika seseorang bersyukur kepada Allah, maka pertama dia mengakui bahwa yang diterima itu adalah nikmat yang Allah berikan.
16.Ibnu Qayyim menyebutkan ada 3 rukun syukur. Pertama itu mengakui nikmat dari Allah. Yang kedua, memuji Dzat yang memberi nikmat (Allah). Yang ketiga, dengan menggunakan kenikmatan itu untuk melakukan kebaikan. Jadi kalau kita tidak melakukan salah satu dari ketiga rukun syukur ini berarti kita belum bersyukur. Jadi orang yang sanggup untuk mengorbankan dirinya sebenarnya adalah bentuk dari rasa syukur. Pengakuan dia atas nikmat yang Allah berikan kepada dia dan ia sanggup untuk memberikan kepada orang lain. Kalau dia tidak punya pikiran, perasaan, dan keyakinan seperti itu maka tidak akan mungkin dia bisa memberi ke orang lain, pada saat dia juga sedang membutuhkan.
17.Dalam sebuah hadist disebutkan, iman itu ada 2. Separuhnya sabar dan separuhnya lagi syukur. Ini sama dengan ketika seseorang berkurban. Tujuannya supaya bersyukur. Ada seorang ulama yang berdoa: “Ya Allah, dulu hamba ini telanjang. Engkau kemudian tutupi aku dengan pakaian. Maka segala puji untukmu.” Jadi, coba kita hitung semua nikmat dari Allah. Itulah pengakuan nikmat. Ketika seseorang mendapatkan nikmat, maka dia mengakui dan memuji Allah yang memberi nikmat itu kemudian dia bersyukur. Minimal syukur itu dengan lisan. Ketika seseorang menjadi dermawan, maka itu adalah manifestasi dari rasa syukur.
18.Ada pepatah Arab yang berbunyi, “Tidak ada terima kasih atau syukur atas perkara-perkara yang wajib.“ Jadi kalau ada orang yang merasa bahwa memang seharusnya ini menjadi miliknya, maka dia tidak akan bersyukur. Dia merasa memang Allah seharusnya menghidupi atau memberi makan dirinya, maka dia jadi tidak bersyukur. Tetapi ketika dia merasa bahwa seharusnya dia tidak mendapatkan yang diterima saat ini. Contoh: Dia jarang ibadah tetapi mendapatkan nikmat dari Allah. Di situ baru ada rasa syukur. Ketika dia merasa yang didapatkan itu tidak pantas buat dia. Tetapi kalau dia merasa ini sudah seharusnya atau wajib dia terima, maka dia tidak bersyukur. Contoh: Seorang anak yang mengatakan kepada bapaknya, “Ya bapak kan memang seharusnya memberi saya makan. Ngapain saya harus bersyukur. Itu memang kewajiban bapak.“ Tetapi kalau dia punya pikiran yang lain, bahwa sebenarnya kalau bapaknya tidak mau memberi dia makan, itu sebenarnya urusan bapaknya. Karena bapaknya sudah memberi dia makan, dan dia mendapatkan sesuatu yang tidak di value atau dianggap wajib diberikan, maka dia akan jadi bersyukur.
19.Penting untuk punya pikiran yang positif kepada Allah. Contoh: “Saya sedang diuji dengan berbagai macam kekurangan dari Allah. Tapi saya tetap berpikir positif.” Dia selalu mengucapkan: “Alhamdulillah ala kulli hal. (Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan)“. Jadi dalam keadaan apapun dia selalu bersyukur. Nikmat yang paling nikmat itu adalah nikmat kesehatan, dan ini tidak bisa dibeli. Itu Allah yang kasih. Cuma kadang-kadang orang tidak merasa bahwa itu nikmat. Seolah-olah orang yang hidup dan diberikan kesehatan itu bukan nikmat. Padahal kalau dia sakit berapa yang harus dia bayar untuk berobat?
20.Cinta itu melahirkan pengorbanan. Seseorang bisa memberikan pengorbanan sebagaimana mestinya itu karena dia mensyukuri. Menyadari nikmat yang dia dapatkan. Positive thinking kepada Allah. Sehingga dalam situasi apapun dia selalu bisa bersyukur. Dia selalu bisa memberikan yang terbaik kepada Allah. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Kalau kamu mengagungkan Allah terhadap apa yang sudah Allah anugerahkan kepadamu, agar kamu bersyukur.“ Makanya puncak iman itu adalah percaya kepada qada dan qadar Allah. Jadi kalau Allah mentakdirkan kita seperti saat ini, apapun kondisinya, maka tetap saja kita terima dengan berlapang dada. Apapun yang Allah perintahkan, maka kita jalankan.
21.Kita harus banyak husnuzan agar bersyukur atau harus bersyukur dulu? Prinsipnya kita harus husnuzan. Husnuzan itu artinya kita menaruh harapan yang tinggi kepada Allah (Ar Roja). Ketika kita menaruh harapan yang tinggi kepada Allah itu kita tidak ingin kehilangan kesempatan. Termasuk diantaranya memberikan kesempatan yang terbaik kepada Allah Subhanahu wa ta'ala
22.Banyaknya pengorbanan kita kepada Allah adalah bukti cinta kita kepada Allah. Makanya ketika Allah berbicara tentang kurban, tidak menyebutkan itu sebagai sebuah kewajiban. Kenapa? Karena kalau itu adalah sebuah kewajiban, maka akan ada orang yang merasa beban, bagi yang belum siap. Cinta itu akan menjadi pembeda orang yang siap dengan yang tidak siap. Contoh: Ada 4 orang bersaudara. Kalau anak itu benar-benar sayang dengan ibunya, ibunya minta sekali, maka dia akan langsung melaksanakan. Tetapi bagi anak yang belum terlalu sayang ibunya, maka itu akan jadi berat banget rasanya. Jadi berat itu untuk orang-orang yang belum punya rasa cinta. Tetapi bagi orang yang sudah punya rasa cinta, dia tidak terlalu merasa berat. Semakin besar pengorbanannya, maka akan semakin merasa berharga dia.
23.Being blue is another kind of beauty. Menjadi sedih karena cinta itu adalah bentuk lain dari keindahan. Sedih, tapi karena melakukan untuk yang kita cintai. Contoh: Sedang berdakwah lalu mendapat masalah (problem), misalnya dipersekusi. Itu sedih. Ini seperti yang dialami oleh Nabi Musa AS ketika akan ditangkap oleh Firaun, beliau berdoa kepada Allah. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang dia yakini dan cintai, maka dia akan berdoa, “Ya Allah, lihat aku ya Allah.“
24.Seseorang berkurban itu karena pembuktian cinta. Hukum kurban itu sebenarnya sunnah muakad. Walaupun dalam Mazhab Hanafi dipandang fardhu karena perintahnya dalam Surat Al Kautsar itu bersama dengan perintah sholat. Tetapi di mazhab selain Mazhab Hanafi dipandang sunnah muakad. Jadi kalau seseorang sudah cinta kepada Allah, lalu Allah perintahkan untuk berkurban, walaupun itu tidak wajib, maka dia akan berkurban. Sunnah muakad itu adalah sunnah yang kalau tidak dikerjakan itu kita merasa malu. Makanya Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan kurban. Di dalam kitab fikih sunnah itu ada 3 sunnah yang tidak pernah ditingggalkan oleh Rasulullah ﷺ. Salah satu diantaranya adalah berkurban.
25.Pada saat Rasulullah ﷺ melaksanakan haji wada, ada yang menyebutkan bahwa yang melaksanakan haji wada itu sekitar 100 ribu orang. Hanya 2 orang, yaitu Rasulullah ﷺ dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang melakukan haji qiran (melakukan umrah sekaligus haji), para sahabat yang lain melakukan haji tamattu (ibadah umrah dulu baru ibadah haji). Yang wajib untuk membayar DAM itu ada 2, haji qiran dan haji tamattu. Orang yang haji ifrad tidak wajib bayar DAM. Berapa jumlah hewan yang disembelih sendiri oleh Rasulullah ﷺ saat haji wada? Jumlahnya ada 63 ekor, sesuai dengan jumlah usia beliau saat itu. Hewan itu disembelih dengan tangan Rasulullah ﷺ sendiri. Kalau kita melihat hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita. Kurang apa Rasulullah ﷺ berkurban? Demikian juga dengan para sahabat Rasulullah ﷺ. Bagaimana mereka mengorbankan hartanya. Contoh: Abdurrahman bin Auf RA. Dalam salah satu kitab disebutkan infaknya untuk jihad saja lebih dari 40 ribu dinar (sekitar 400 miliar). Belum lagi yang digunakan untuk membebaskan budak (sekitar 30 ribu dinar atau 30.000 budak). Kalau bukan karena cinta, apa yang dicari oleh seorang Abdurrahman bin Auf RA? Dalam Surat Al-Hajj Allah sampai mengatakan kalau bukan karena ketakwaan maka orang tidak akan sanggup melakukan itu.
26.Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman, “Hamba-Ku akan terus-terusan mendekat kepada Ku melakukan amal-amal nafilah sampai Aku mencintainya. Kalau aku sudah mencintainya maka akan Aku berikan semuanya.“ Jadi pengorbanan itu akan menghasilkan cintanya Allah. Ketika kita mencintai Allah itu menuntut pengorbanan dan pengorbanan itu tidak akan sia-sia. Itu akan kembali dalam bentuk cinta-Nya Allah kepada kita, dan itu akan jauh lebih besar.
27.Pada saat kita mengakui Allah, memuji Allah, dan menggunakan nikmat-Nya Allah untuk melakukan ketaatan, termasuk saat diperintahkan untuk berkurban, maka kita berkurban. Itu sebenarnya adalah bentuk syukur. Ketika kita melakukan hal itu, pasti akan Allah tambah, akan Allah ganti dengan yang lebih besar dan lebih baik dari apa yang sudah kita berikan. Itu adalah janjinya Allah. Ketika Allah berbicara tentang kurban di dalam Al-Qur’an, maka ada orang yang fakir dan meminta-minta. Tetapi ada juga orang yang fakir tapi dia malu untuk meminta-minta. Maka kita harus punya kepedulian. Dorongan iman yang menuntut kita untuk memberikan kepada mereka, baik yang meminta maupun yang tidak meminta. Kalau kita mencintai orang lain seperti kita mencintai diri kita sendiri, maka orang belum ngomong saja kita sudah tahu.
28.Menurut Mazhab Syafi’i, status daging hewan kurban itu bisa dibagi 3. Sepertiga (1/3) bagian menjadi hak orang yang berkurban. Sepertiga nya (1/3) lagi untuk sedekah kepada fakir dan orang miskin. Sepertiganya (1/3) lagi untuk hadiah. Di siuilah orang non-muslim bisa dapat. Kurban ini juga bisa jadi wasilah untuk berdakwah. Pada saat kita kasih daging kurban maka orang lain akan merasa senang, dan mereka menjadi lebih terbuka. Orang yang ngasih kurban merasa senang, orang yang menitipkan hewan kurban juga merasa senang, karena kurban peruntukannya jelas.
29.Filosofi sunnah muakad bagi seorang muslim, apalagi bagi yang mampu itu kalau ditinggalkan seharusnya ia merasa malu. Bahkan papinya Ustadz Felix dalam 10 tahun terakhir selalu mau ikut berkurban. Ustadz Felix tetap bilang ke papinya bahwa karena beliau belum muslim, maka kurbannya atas nama Ustadz Felix saja. Kalau mau atas namanya sendiri, maka beliau harus log in dulu ke Islam. Semoga beliau dimudahkan untuk mendapatkan hidayah dari Allah. Walaupun ayahnya Ustadz Felix bukan muslim, tapi beliau juga bisa mendapatkan bagian dari kebahagiaan ketika ikut berkurban. Ini bisa menjadi penyemangat bagi kita semua.